Falling in Love with Boredom


Being Twenty Nine, Day One.


This is probably the most 'normal' birthday I had for the past five years. No over enthusiasm, no fake laugh, just plainly and calmly, and the people who celebrate my birthdays, are the real ones. I don't have to remind them that it's my birthday (which I always did annoyingly and proudly), because now.. is the first time in five years since that trauma.. I feel like.. healing. The only reason why I exaggerate my birthday was because he left right before it. He brought me a huge teddy bear, one that I always wanted, left it on the door, and never returned. Now, the teddy is gone, tetangga's sister was asking to adopt him and I gave it to her happily. I no longer have any expectation on what may comes next, and just focus on what I can change with my effort. This is a new kind of relieve.. one tranquility I don't have to fake.


And besides.. I spent the 'day' firstly at twelve a.m.. di bengkel ketok mejik Pekayon! >.<


Jadi begini ceritanya..


It was Sunday, and I visited grandparents. We were about to pray for the seventh days of our beloved's depart. Things went well, nothing special, but I feel really tired to drive at night. Sebenarnya saya sudah minta ijin pulang duluan sebelum gelap.. tapi ditahan sama om tante, katanya nanti kita iring-iringan, nanti mobilnya dibawa sepupu sampai gerbang tol Cikampek, and so on, and so forth. Saya menyerah. Family.. can be stubborn like that. As stubborn as I am, kalau sudah harus beradu pendapat soal hal remeh, mending ngalah. 


Jadilah mobil yang saya sewa itu, disetir oleh sepupu laki-laki yang usianya baru.. yah.. masih remaja lah pokoknya. Tidak lama setelah mobil melaju di Pantura, tiba-tiba ada truk panjang yang menyerempet dengan keras. Saya kaget, namun saat itu juga saya tahu mobil pasti luka parah. Sepupu saya panik sambil terus menerus bilang 'kak.. spionnya'. Tante saya (yang memilih ikut saya dan duduk di belakang ketimbang di mobilnya sendiri), juga ikut kaget dan panik sambil terus bertanya kenapa karna saat kejadian dia masih wa-an.


"Udah gapapa.. kaka gapapa kan?" saya balik bertanya ke sepupu yang panik,

"Iya tapi spionnya"

"Iya minggir aja dulu kita benerin," di situ saya masih berpikir kalau spionnya cuma belok aja. Ternyata saat kami minggir, dan memang itu gelap sekali karena di area persawahan tanpa lampu jalan, spionnya pecah. Sepupu saya usul untuk cari kaca nya di jalan, saya turuti, yang penting dia tenang. Setelah berjalan beberapa langkah dan tidak ketemu, tak lama kemudian mobil tante saya yang disetir oleh kakaknya sepupu saya ini melipir melihat kami berjalan kaki celingukan.


Si sepupu sudah paham situasi, dan langsung melihat kondisi mobil. Baret panjang dan dalam.. juga penyok di bagian depan. Dengan spion yang pecah, saat itu juga saya taksir ganti rugi nya akan lumayan. Tapi saya tidak mau terlihat panik, saya berulang kali bilang sama sepupu saya "yaudah gapapa.. Kaka Caca masih bisa nyetirnya gak dengan spion hilang sebelah gini?" ya dia memang laki-laki tinggi besar, tapi panggilannya Caca, padahal nama aslinya Satria. Saya panggil juga dengan panggilan 'Kaka' karena begitulah dia biasa dipanggil oleh orang tuanya, (sedangkan kakaknya, anak pertama di keluarga mereka, dipanggil 'Aa'). 

"Bisa" jawab sepupu saya singkat, tapi masih panik. Tante saya makin panik lagi, dan yang buat dia panik adalah besaran biaya ganti rugi mobil ini.


Kami melanjutkan perjalanan dengan perlahan, sepupu saya nyetir dengan mengandalkan spion kiri dan tengah. Tante saya tidak berhenti meminta saya untuk lapor ke adiknya, Om yang menjadi andalan keluarga dalam urusan finansial. Berulang kali saya tolak dan saya yakinkan bahwa saya tidak masalah dengan biaya. 


"Gapapa Teu, Insya Allah aku ada. Aku gak pernah kekurangan uang.. tinggal minta sama Allah. Allah punya semua" dijawab begitu, tante saya cuma tersenyum sambil terus sibuk whatsapp-an.


Saat kita sudah mulai melaju di tol Cikampek, saya coba menularkan keyakinan yang saya jadikan pegangan hidup pada mereka..

"Aku sudah buktikan sendiri, Teu. Berulang kali tiap kali aku butuh duit.. untuk bangun dapur, pagar, kanopi, setiap aku butuh pasti ada aja project. Dan jumlahnya selalu cukup untuk setiap kebutuhan itu. Makanya aku selalu yakin, tinggal minta aja sama Allah. Gak kurang-kurang Allah pasti akan kasih.. asal kitanya juga.. ya.." saya sempat diam lama karena mereka hanya merespon sekedarnya. Lalu tertegun juga dengan kelalaian saya belakangan, hati yang masih dipenuhi kebencian, dan amalan lain yang sudah mulai saya tinggalkan. Astagfirullah.. begitu ucap saya berulang-ulang. Sibuk mengingat-ingat dosa terutama selama dua minggu terakhir yang memang rasanya sedang malas-malasnya ibadah. 


"Kalau pas lagi kena musibah gini, Teu.. aku pernah dengar ceramahnya Hannan Attaki, pas lagi sakit-sakitnya tu langsung berdoa. Langsung minta apa aja pasti dikabulin. Yang gede sekalian, jangan nanggung. Aku juga biasanya berdoa selalu detil, dan dikasih juga precise.. minta yang gede sekalian. Ya Allah 250 juta Ya Allah.." Lalu Tante saya tertawa.


"Ya Allah Kaka Hilma bisa beli mobil, Ya Allah" sambungnya, membuat saya lega. Memang tante ini paling rajin mempengaruhi saya untuk beli mobil. Saya tidak terpengaruh, karena selain tidak punya uangnya, juga tidak punya energi untuk merawatnya.. parkirnya.. oh tuan..


Suami tante ini punya kenalan bengkel yang bisa ganti spion cuma sebelah, juga katanya bisa benerin mobil dalam satu jam. Saya minta persetujuan dulu sama yang punya rental, sebelum mengiyakan tawaran itu. Disitulah kemudian.. saya lewatkan pergantian malam ulang tahun.. berdiri di tengah tumpukan sparepart mobil.. di bengkel dalem gang, di Pekayon.


Singkat cerita, urusan ini beres dengan saya membayar ganti rugi yang tidak seberapa ke pihak rental. Mereka pun tidak marah sama sekali, malah tertawa.

"Situ lahir hari apa?" tanya si Bapak dengan dialek Tegal yang kental,

"Hari Minggu.. tapi hari ini saya ulang tahun!" seru saya girang. 

"Weeyy.. selamat ulang tahunn.. happy birthdayy.." ujar mereka berdua bertepuk tangan. Garasi rumah jadi ramai seketika. Pagi itu, diiringi matahari yang sudah amat cerah pukul tujuh pagi, mobil dibawa oleh pemiliknya, dan 'disembuhkan'.


Tidak lama kemudian sebuah pesan masuk, menyiratkan bahwa Om saya jadinya transfer untuk penggantian uang mobil, dan dilebihkan. 'kado ulang tahun,' katanya begitu. Haha, rupanya mereka masih belum percaya kalau saya pun sudah punya penghasilan. Karena sempat menyangka saya bayar itu dengan minta uang mama.

***


There is no such thing as a perfect family. Saya mulai belajar untuk menerima kenyataan itu. Karena selama ini, saya terbiasa hidup sendiri, jauh dari keluarga pihak manapun. Saya tidak pernah tahu rasanya tumbuh besar bersama sepupu. Karena di sisi Eyang pun, saya cucu tertua dan sepupu saya masih pada SMA semua. Saya terbiasa untuk menghindar setiap kali keluarga membuat saya tidak nyaman, jarang sekali saya hadapi mereka.. bahkan setelah kejadian lima tahun lalu, saya sempat menghilang dan tidak pernah pulang selama dua tahun.


Tapi kini saya sadar.. bahkan Wanda juga bilang kan 'Family is forever. You could never run from them even if you want to'. Jadi saya mulai belajar untuk berkompromi. Satu hal yang kata orang dibutuhkan dalam rumah tangga. Because we will have the idea of perfect marriage, perfect spouse, but in the end, they'll turn out to be the person we don't want them to be, and that's fact. Susahnya bukan main.. berkompromi dengan usaha mereka turut campur dalam urusan pribadi saya.. itu seperti tidak ada ampun bagi saya. Saya bisa jadi orang baik, mengikuti apapun mau mereka, datang jika diminta, tapi hidup saya, pilihan saya, tetap milik saya. Ada batas yang nyata yang saya buat, tentang ruang yang tidak boleh mereka lampaui. Jika itu terlampaui, saya berniat untuk menghilang selamanya dari mereka.


Tadinya sih begitu, tapi sekarang saya tahu.. tidak perlu juga seperti itu. Belajar saja membangun komunikasi, agar keinginan kita tersampaikan dan dipahami oleh mereka. Sejauh ini hanya Eyang yang paham bagaimana cara menghadapi saya dan status saya ini. Beliau tidak pernah menuntut, hanya meminta dengan pelan, tapi selalu yang ditanya, adalah bagaimana kabar pekerjaan saya. Berbeda dengan Nenek yang begitu berapi-api jika sudah menyebut-nyebut nama satu orang yang hendak mereka jodohkan dengan saya. Walau dongkol setengah mati, saya selalu bisa menghindar sambil terus belajar menyampaikan keinginan dengan sesantun mungkin.


Di sini baru saya paham, bahwa belajar berkomunikasi bukan cuma belajar menyampaikan maksud. Tapi juga harus diawali dengan mengerti dan memahami situasi, sehingga tahu kapan waktu yang tepat dan tidak tepat. Harus disertai dengan empati, dan tidak bisa semau gue sendiri. 


Susah bo. Susah sekali. Lebih gampang hidup sendiri titik no debat. Tapi kan gak mungkin juga. Tidak bisa kita hidup sendirian selamanya, walau ingin, karena kita harus beramal, harus mengumpulkan pahala untuk bekal di kehidupan selanjutnya, dan yang terbaik amalannya ya berkeluarga, punya keturunan, menurunkan ilmu dan kebijaksanaan hidup untuk mereka terapkan, dan selamanya akan jadi return of investment sampai akhir masa. 


Memang ya, Sang Pencipta kita tahu kecenderungan manusia yang individualis, makanya urusan menikah, urusan menjalin hubungan kekeluargaan, diatur ketat dan detil. Padahal kitab suci tidak pernah mengatur sesuatu yang manusia bisa pelajari sendiri, kan kalau mau dipikir hubungan keluarga bisa sebenarnya dipelajari sendiri tapi kok juga diatur. Ya karena ini.. untuk manusia-manusia super individualis pecinta solitude garis keras macam kita-kita ini. Kudu ditoyor-toyor dulu kepalanya baru mau membuka hati mengijinkan orang masuk ke ruang nya yang selalu tertutup.


But I'm glad that I have something new to learn. Belajar membangun hubungan dengan keluarga, cukup mengalihkan perasaan bosan yang mulai menghantui kini pada satu hal yang dulu saya puja puji. Empat kali mengadakan pelatihan yang sama.. saya mulai muak dengan kalimat-kalimatnya. 'livelihood, stakeholder, impact, blah blah..' padahal saya sudah atur sedemikian rupa supaya agenda dan materi yang disusun kali ini baru dan berbeda dari tiga pelatihan sebelumnya yang terlalu mendayu-dayu. Sudah saya buat alur berpikirnya dengan tegas, tertata dan tetap di jalur.. tapi tetap saja.. 


Saat menjalaninya, antusiasme saya sudah hilang. Pelatihan jam delapan, saya baru bangun jam tujuh. Hanya cuci muka sikat gigi, pake bedak seadanya, dan baru bikin presentasi. BARU BIKIN PRESENTASI OPENING pukul setengah delapan pagi. Itu pun di depan kaca, bukan di atas meja kerja. Masih dengan riasan yang baru tertempel. 


Namun saya tetap buka acara dengan antusiasme yang cukup membuat orang lain ikut tertawa, lelucon ringan satu dua, dilempar sekenanya, berusaha untuk mengimbangi orang yang antusiasmenya terlalu dibuat-buat dan berlebihan, itu saja sudah cukup membuat saya kehabisan energi. Pukul dua siang saat pelatihan selesai dan saya tutup dengan tepat waktu.. saya freeze.


I love this boredom. I love this boredom. 


Kata orang, sukses itu bukan tentang seberapa hebat kamu memecahkan masalah, tapi seberapa jauh kamu mau melangkah untuk melintasi jalur panjang kebosanan. Karena bosan itu niscaya. Hal yang paaling kita senangi sekalipun pasti akan membosankan pada waktunya. Sebut apa hal paling menyenangkan di dunia ini.. itu pasti ada bosannya suatu saat. Food? Sex? Pasti akan hilang juga manisnya.


Tapi kalau kita cinta pada kebosanan itu.. ibarat kata mencintai orang yang ugly personalitynya.. ya itulah true love. And with true love, we can overcome everything in this world, right?


Right.

***


Satu pelajaran paling berharga yang saya petik dari pengalaman setahun terakhir, bahwa seseorang harus melalui kesendirian dulu di dalam hidupnya. Setidaknya sekali dalam hidup.. menjalani hari dengan dirinya sendiri. Dan tidak sibuk juga mencari interaksi virtual, hanya dia, dirinya, dan video-video atau buku-buku pembangun diri yang ditinjau dari semua aspek; psikologis, kecerdasan, mikrobiota tubuh, sistem pencernaah, tata surya, hingga reliji. Supaya apa? Supaya dia punya a clear perspective on who he/she is. Tahu bagaimana respon tubuhnya ketika sedang bosan, dan bagaimana mengatasi kebosanan itu agar dia tidak terlalu lama terpuruk dalam kemalasan.


Karena kemalasan, yang diakibatkan oleh rasa bosan, bisa jadi keterusan. Efeknya bisa panjang jika tidak diobati.. entah itu jadi bikin putus asa, jadi sok menerima keadaan padahal mah pasrah.. hanya karena dia tidak tahu bagaimana cara mengatasi dirinya sendiri saat sedang bosan.


Tips, trik, nasehat dan pengalaman dari orang lain mungkin berguna, tapi mungkin juga tidak. Atau mungkin cara mu adalah kumpulan dari tips semua orang-orang itu, ya who knows. Kamu gak akan pernah tahu kalau kamu nya sendiri tidak berusaha mengenali diri sendiri.


Untuk pekerjaan bikin training, saya masih belum tahu bagaimana cara saya mengatasi kebosanan, karena ini baru pertama kali sejak tiga tahun terakhir, saya mulai merasa bosan bikin pelatihan. Tapii.. kalau pekerjaan translate-an.. saya sudah lulus fase kebosanan. Pernah sampai delay dua minggu karena saking muaknya, saya tidak kerjakan sama sekali. Sekarang saya tahu, bahwa saya tidak bisa mengerjakan lebih dari tiga ribu kata per hari. Mungkin bisa, tapi muak, dan muak itu yang saya hindari. Karena kalau sudah muak sekali, besoknya pasti susah untuk mulai lagi. Jadi saya batasi dengan target harian tiga ribu kata, yang saya kerjakan pelan-pelan. Pagi sambil sarapan, sebelum mulai 'ngantor', dan malam selepas solat magrib. Pun saya turuti keinginan tubuh untuk beli minuman tidak sehat alias boba, beli pizza, apapun yang saya ingin beli pasti saya beli. Sebagai bentuk apresiasi pada diri sendiri, dan lagipula, nilaianya hanya sepersekian persen dari rewardnya. Itu pun sudah saya perhitungkan di awal, jika menerima job senilai ini, maka sekian persen nya harus dialokasikan untuk small treats seperti ini. Termasuk untuk ongkos kerja-kerja di kafe/


Jika sudah demikian, maka perlahan akan mudah mencintai boredom. Dia tu kayak Aries emang, susah dicintai orangnya. 

Jika sudah cinta, maka akan mudah menjalaninya, dan di situlah sayang.. saat kamu berhasil menaklukan ego sebagai salah satu musuh terbesar dalam growth. 


***

Bogor, 23 Maret 2021

And if my future husband is now stuck in the wrong story, ku doain kamu segera putus! Because I had a vision of you, a million years ago, you came into my dream and somehow I believe that you're out there for me. I believe, even if I don't know what you look like, all I see was your shirt, and that's a clear vision of yours in me. Even that.. is enough for me to believe. Because now, that's all I have. Faith. I believe that My Master will never betray me. Never. 


Comments

Popular posts from this blog

Something to Look Forward to

June!! (Again)

My COVID Story