Posts

Showing posts from February, 2021

[Minimalism in Perspective]: Tradisi, Budaya, Adat, dan Identitas

Image
Anak-anak Suku Anak Dalam Bujang Hasan (SAD Hasan), Jambi - Oktober 2019.   Salah satu inspirasi saya dalam menekuni minimalism adalah suku-suku di Indonesia yang saya temui sepanjang menjadi assessor dalam konteks sosial untuk projek-projek yang berkaitan dengan sertifikasi sustainability perusahaan perkebunan. Karena jika hanya traveling biasa, saya mungkin tidak akan sampai ke Suku Anak Dalam, ke area marga-marga di Humbang Hasundutan, ke pelosok Kotawaringin Timur, remote area di Miri, Serawak, dan ratusan desa lain yang saya kunjungi selama tiga tahun pertama menggeluti karir di bidang ini. Dari satu desa ke desa lain, satu suku ke suku lain, walau terpisah jarak dan watak, saya bisa melihat ada satu kesamaan yang nyata dari cara hidup mereka; yaitu menjunjung tinggi kesederhanaan. Saya berkesempatan mengunjungi satu rumah adat Suku Batak Toba yang sudah ratusan tahun usianya namun masih kokoh berdiri. Area itu hanya dihuni oleh tujuh kepala keluarga, yang mempersilakan kami masuk

Pasar!

Image
  (Sebelum masuk ke tulisan ini saya mau curhat dulu, as always,  bahwa sebetulnya saya sudah menyiapkan sekumpulan ide dan pemikiran untuk ditulis malam ini dengan mood yang ceria, namun rusak tiba-tiba oleh sebuah pesan yang masuk lewat pukul sembilan malam. Ini malam minggu, dan besok hari Minggu. Tentu saja seharusnya semua orang beristirahat, mengistirahatkan bukan hanya raga tapi juga jiwa. Bukan berarti jika itu adalah sebuah pesan, bisa ditinggalkan begitu saja tanpa berasumsi pesan yang masuk itu tidak mengganggu, bukan. Tapi yah.. mungkin ini tidak seberapa. Mungkin orang lain di luar sana mengalami jauh lebih parah.  Saya hanya kembali tersadarkan bahwa akan sia-sia jika kita bekerja untuk manusia. Sekeras apapun kamu sudah berusaha memberikan yang terbaik, memeras otak untuk sekreatif mungkin mencari solusi, di mata manusia akan selalu ada kurangnya. Dan bukan hanya itu, pasti selalu  ada yang tidak cukup dan harus kamu tambahi, tambahi lagi, dan tambahi lagi. Seolah bebanm

Good Day vs Bad Day: A Minimalist's perspective

Image
  There will be sunshine after rain, One day you're happy, the other days you're sad.. and then there is.. work. Work is always there for you. Work is the one for you. Work is your soul, your DNA, your blessing in disguise. The tropical splash to your winter. *** Don't worry because nothing really matter, said The Bohemian Queen. A minimalist wouldn't worry about tiny little things, because they're believe in the essentials. Their vision, their goals, things that they want to accomplish before they die, and how they leave a legacy. Minimalist believes in meaning, what values their time, and how to mindfully spend every second. Therefore, a Minimalist wouldn't care if they're rich or they're broke because they have what they have, they pursue what they pursue, but their heart is beyond things that they're chasing. *** The rain will gone, Sunshine will come. A minimalist would enjoy every second, for they know everything always have an end. *** Bogor,

Cara Menenangkan Hati ala Minimalist Indonesia

Image
  Tulisan ini ditulis untuk mereka yang sedang menghadapi ketakutan, karena memang dunia diciptakan dalam set fear and hope, ketakutan dan harapan. Walaupun kalau kata Jim Carrey dia tidak percaya dengan hope, tapi percaya dengan faith. Hope is jump to the fire, and faith is taking a leap to get through it. Tetapi fear and hope memang di design sedemikian rupa sehingga selalu berdampingan, fa inna ma'al usri yusro, begitu tertera dalam kitab para Muslim yang artinya sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan.  Saya akan mulai dari satu hal yang paling niscaya dulu; mati.  Satu-satunya yang pasti terjadi adalah kematian, tidak bisa ditawar, ditunda, apalagi dinego kehadirannya. Tidak menunggu apakah kita siap, apakah usia sudah matang, atau apakah jabatan sudah kita serah terimakan. Ini adalah bagian terseram dari sebuah realita kehidupan, tidak mungkin kita sanggup membayangkan apa yang akan terjadi di bawah tanah nanti. Yang lembab dan gelap, sendirian tak berkawan, lalu

Seni mendinginkan kepala

Image
  (Tulisan ditulis saat masih mengawal training, di hari terakhir) *** Don't quit just because things are hard. This is all doesn't really matter when you die, so keep going, don't take it to the heart. Process with logic not feelings. Remember the darkness of death every time you feel like powerless. Remember Him, and He is waiting for you this Dzuhr, or Ashr, and remember that you will run to Him, and tell Him everything about today. Cry to Him and Him only. Remember how sinful you are, and the only way to forgive those sins is just by working really hard, deliver your best. Never expect quit means easier way. Life won't get any easier, you have to get used to that, adjust, and adapt. *** Bogor, 18 Februari 2021 Di balik meja bundar beralaskan kain putih, dengan jam weker yang dijinjing kesana kemari karena jam tangan sudah mati. Akan ada selalu orang-orang yang menganggapmu tidak signifikan, yang hanya mau mendengarkan orang yang lebih tinggi darinya, dan itu bukan k

Seni Mengosongkan Gelas

Image
  Satu hal paling berharga yang berhasil saya petik dari perjalanan tiga tahun terakhir menjadi seorang fasilitator pelatihan --yang membangun semua dari awal pembuatan rencana pembelajaran sampai proses pengiriman pasca pelatihan-- adalah untuk selalu punya ruang dalam ketidaktahuan. Lima tahun lalu saya belajar dari bertemu orang-orang di berbagai daerah, mulai dari yang paling terpencil dan harus ditempuh berjam-jam dengan berbagai moda transportasi secara bergantian, sampai ke negeri seberang. Ragam karakter yang membuat saya belajar banyak tentang manusia. Lalu saya menjadi fasilitator pelatihan, seperti orkestra yang butuh konduktor untuk menyelaraskan nada dalam harmoni, itulah yang saya lakukan saat menghubungkan antara trainer, administrasi, marketing, dan trainee. Dari situ lebih banyak lagi jenis orang yang saya temui, apalagi jika sudah harus bertukar pikiran di atas meja, dalam baris-baris kata yang kadang njelimet bukan main. Dari semua itu mudah sekali bagi saya untuk me

Love, for some reason

Image
  Love, for some reason, is the weirdest thing in the universe. It is undefined, or have way too many definitions, which led humans to do things beyond logic. One of the famous quote by Bob Marley says ' you said you love rain, but you use an umbrella to walk under it' which many people find ironic. I'd say.. why not. To me, there are more to life than feelings. Love is just one of those feelings that coloured your day, week, make you the happiest and saddest person, channel you to unimaginable experiences. But that's not the only thing to live. If you walk under the rain without umbrella, you could catch a cold. Your day will be ruined, you may can't attend an important presentation that will led you to a million chance of collaboration.  My point is, even if you love something, you don't have to torture yourself to be exposed completely and sacrifice logic. That's how I survive this singleton era. I can love a person and still be distant anyway. Because yo