People Change, So I Chose Minimalism





People change like season. I'm not who I am two years ago, and everyone must have had their darkest past where they wanna burn and forget but never do. In this post, I wanna share to you about how minimalism is the best way to change your self. As it did to me. 


***

Minimalism mengajarkan saya untuk hidup di masa sekarang. Menikmati apa yang ada, dan tidak berlebih-lebihan dalam memiliki benda. Betul, itu semua diajarkan dalam Islam, dan diajarkan oleh guru ngaji sewaktu kecil dulu. Tapi pelajaran itu benar-benar akan bisa kita resapi maknanya, begitu kita mengerti mengapa harus begini dan begitu.

Cara berpikir seorang minimalist adalah sederhana saja, we don't promise tomorrow so why bother. Dengan begitu, dia akan memaksimalkan kemampuannya untuk bahagia yang dia rasakan hari ini. Misal, dia punya uang.. dia simpan uangnya di bank. Lalu dia punya keinginan, ingin sekali pergi berlibur ke luar negeri. Setelah dihitung-hitung, ternyata uang simpanannya cukup untuk pergi ke luar negeri, dan masih tersisa untuk nya bertahan hidup beberapa bulan ke depan.

Seorang minimalist akan memanfaatkan uangnya itu dengan pertimbangan, bahwa jika dia mengambil kesempatan berlibur, akan meningkatkan produktifitas nya dalam bekerja, ketimbang jika dia simpan saja uangnya di bank untuk jangka waktu sangat lama, padahal masih punya cadangan lain untuk disimpan.

Tentu penafsiran setiap orang akan berbeda tentang contoh kasus tadi, tapi yang ingin saya coba tekankan adalah, minimalism bukan mengajarkan seseorang untuk menjadi pelit terhadap dirinya sendiri. Jika saya adalah orang itu, maka liburan ke luar negeri tersebut tentu sudah saya kalkulasi. Saya hitung manfaatnya, apa yang akan saya cari, apa yang akan saya bawa pulang, apa tujuannya, dan bagaimana jika dibandingkan dengan liburan di dalam negeri. Jika manfaatnya lebih besar, tentu saya akan lanjutkan. Tapi jika tidak, saya akan memilih cara lain untuk menyenangkan diri.

***

Live in the Present

Apa sih yang membuat seseorang bersedih hati? Yang membuat seseorang berwajah murung, kehilangan antusiasme, matanya redup..

Kebanyakan jawaban akan mengarah pada dua hal; masa lalu yang belum tuntas atau mengkhawatirkan masa depan yang disertai dengan keinginan yang tak kunjung nyata.

Untuk masa lalu yang belum tuntas, pasti akan mendatangkan ketidak-bahagiaan yang berkelanjutan. Sedih ditinggal pacar, putus cinta, jatuh cinta pada orang yang tidak bisa dimiliki, terlanjur menikahi orang yang salah,. Yang jika terus menerus direnungkan, disesali, akan membawa beban dan sesak di dada. Tidak ada habisnya.

Belajar untuk mengikhlaskan sesuatu itu terjadi karena memang harus terjadi, adalah satu cara berpikir seorang minimalist. Ya, mungkin saya harus gagal dalam membangun hubungan, karena dengannya saya bisa belajar membina hubungan. Atau, Ya, saya mungkin harus kehilangan orang yang saya cintai, dan ini adalah cara terbaik agar saya bisa terus memperbaiki diri. 

Mencoba mencari hikmah dalam setiap musibah juga bisa menjadi penyembuh paling ampuh. Agar tidak terus menerus dirundung rasa sesal ataupun rasa bersalah. Masa lalu itu sudah terjadi kemarin, kok. Dan tidak ada kekuatan apapun yang bisa mengembalikannya walau sedetik. Not even Thanos.

Mengkhawatirkan masa depan..

Setiap kita tentu punya keinginan yang kita pendam dalam diam. Yang kita inginkan, pasti adalah hal yang tidak kita miliki sekarang. Lalu pikiran mulai bermain peran, menghadirkan gambar-gambar yang jika kita miliki apa yang kita inginkan itu, tentu kita akan sangat bahagia. Yang membuat kita semakin menginginkan hal tersebut, dan semakin gundah gulana karena yang diinginkan tak kunjung nyata.

Well, let me tell you this.. 

Truth is.. something great will come with greater responsibility. 

Misalnya kamu sekarang tinggal di kos-kosan, dan ingin punya rumah. Desperately wanting the house. Lalu kamu bekerja keras, siang malam, sampai akhirnya terbeli rumah idaman. Ternyata, setelah punya rumah, kamu jadi ketambahan tanggung jawab. Yang biasanya kamu hanya harus membersihkan satu petak ruangan seukuran 3x3 meter, sekarang harus membersihkan ruangan seukurang 6x6 meter. Belum lagi halaman yang harus selalu dibersihkan rumputnya, dan sampah yang harus disiapkan tempatnya.

Ada juga uang bulanan yang biasanya kamu keluarkan hanya untuk membayar kamar kos, sekarang kamu harus membayar listrik, air, kebersihan dan keamanan, yang mungkin, harganya sama dengan harga sewa kos bulanan.

Tak apa jika itu membuatmu bahagia dan menjadi pribadi yang lebih baik dan bertanggung jawab.

Rumah adalah satu hal. Bisa dibilang kebutuhan dasar, jadi wajar jika diperjuangkan dan mendapat tanggung jawab lebih besar.

My point is, this rule,. is applied to everything else. Kendaraan, pakaian, semakin kita menginginkan lebih, semakin besar juga tanggung jawab untuk memelihara benda tersebut. Pikirkan ini sebelum kamu benar-benar membeli apa yang diinginkan, atau sebelum benar-benar stress karena menginginkan benda itu.

Baju yang mahal, tentu akan beda cara merawatnya dengan baju yang biasa-biasa saja. Mobil, tentu akan berbeda perawatannya dengan motor.

Jika sedang ingin sesuatu, tidak perlu terlalu memusatkan pikiran kepada keinginan itu. Karena keinginan,. bentuknya seperti lubang. Like one big hole in our heart. Sesuatu yang tidak kita miliki, dan seolah akan melengkapi kebahagiaan. Memusatkan pikiran pada lubang itu, membuat seseorang akan sulit bahagia dan sulit menikmati apa yang dia punyai sekarang.

Begitu juga dengan pasangan. Banyak dari kita yang sebegitu mendamba pasangan, sampai-sampai terus menerus berteka teki, dan tidak henti menunggu kedatangan sang pujaan hati. (Bahkan ada yang saking menunggunya, sampai menikah dengan orang yang salah dalam proses yang amat cepat, lalu bercerai dalam hitungan bulan).

Selama masih sendiri, hidupnya tidak pernah bahagia karena berpikir bahwa akan bahagia jika sudah punya pasangan. Menunda bahagia, hingga datang Sang Pangeran Berkuda. Padahal..

Padahal Semesta selalu punya cara untuk mewujudkan keinginan seseorang. Setiap keinginan pasti ada jawaban. Jika dijawab dengan iya, maka hanya tinggal masalah waktu bagi seseorang tuk menerima hadiahnya, yaitu ketika dia sanggup bertanggung jawab terhadap tugas baru yang akan dia emban. Namun jika jawabannya tidak, maka pasti ada gantinya.. yang jauh lebih baik dan tidak terduga.

Semesta begitu adil memperlakukan seseorang yang punya keinginan, seseorang yang tahu apa yang dia mau. Selalu ada jalan bagi orang-orang itu tuk wujudkan mimpi mereka.

Memusatkan pikiran terhadap apa yang diingini, apalagi sampai menguras dan menunda kebahagiaan, tentu tidak akan membantu. Things will work out anyway. 

Ramadhan kali ini, coba ingat-ingat doa apa saja yang kau panjatkan di Ramadhan tahun lalu atau tahun-tahun sebelumnya, dan sekarang sudah terwujud. Bayangkan bahwa keinginan itu pun kelak akan begitu. Menampilkan wujudnya dalam bulan/tahun berikut.

Menyimpan keinginan, membisikkan dalam doa, lalu menutup nya rapat-rapat, adalah cara seorang minimalist mengatasi pikirannya. Minimalist bukan orang yang tidak punya keinginan, mereka hanya tidak mau memusatkan pikiran pada apa yang dia inginkan. Tapi menyimpannya dalam hati, membisikkan dalam doa, dan melakukan apa saja yang bisa dilakukan agar bisa mendekat pada apa yang diinginkan. Pikirannya sibuk menyusun rencana masa kini, apa yang akan dilakukan menit ini, jam ini, dan hari ini.

Hidup untuk hari ini, bahagia untuk hari ini. Bukan menunggu besok baru mau bahagia, atau menunggu lengkap keinginannya baru bahagia. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, jadi jangan tunda jika itu membuatmu bahagia.

***

Minimalism membuat saya mengerti banyak hal. Mengenali diri sendiri, dan yang terpenting, adalah mencintai diri sendiri. Bukan dalam bentuk egois dan mendahulukan kepentingan pribadi, tapi mengenal apa yang membuat saya nyaman dan tidak menguras tenaga.

Setiap keinginan punya jalan masing-masing untuk menjadikannya kenyataan. Setiap masa lalu punya jalannya sendiri untuk menghilang dan berhenti menghantui pikiran. Tinggal masalah kita mau atau tidak membiarkan nya terjadi, seiring dengan waktu yang berjalan.

Maka sampai waktunya tiba, seorang minimalist akan menikmati setiap detik dan menit yang ia miliki. Menggunakan waktunya untuk berbuat kebaikan, dan tidak menyisakan ruang untuk meninggalkan jejak buruk di hati orang lain maupun di muka bumi. Karena yang dia pedulikan hanya kedamaiannya sendiri, dan itu berarti, tidak merusak kedamaian orang lain.

Comments

Popular posts from this blog

Something to Look Forward to

June!! (Again)

My COVID Story