Re-connecting to the Soul, Finding Purpose


***

 Kemarin saya mendapati dua kata purpose melintas di timeline yang sedang saya buka. Satu di instagram, dari ucapan seorang ayah pada putrinya yang memasuki usia dua belas tahun. Satu lagi di youtube, dari video Nouman Ali Khan. Video nya bisa di klik di sini, dan saya harap kalian mau menyisihkan waktu sebentar untuk menontonnya. 


My Islamic journey is nothing without Nouman Ali Khan's brilliant idea to record his lecture and share it on youtube. Saya mencari ketenangan hati dari satu video ke video lain, menemukan minimalism, self healing, self-purpose, acak melacak video hingga ke perjalanan makanan dan mikroorganisme dalam perut, tapi begitu menemukan video Nouman Ali Khan, saya berhenti mencari. Tanpa itu, mungkin saya tidak akan pernah merasakan nikmatnya menonton video ceramah yang ternyata isinya sudah komplit. Semua permasalahan hidup tersedia jawabannya di sana, di Islamic Lecture yang disyiarkan oleh Ust Hanan Attaki, Khalid Basalamah, Adi Hidayat, dan Aa Gym. 


Ya, saya memang tidak pernah menjadi orang yang religius, dan baru sejak menemukan video Nouman Ali Khan tentang entitas Allah saja lah baru saya mau 'kembali' menemukan Islam.


Dari video itu, Nouman Ali Khan menjelaskan tentang pentingnya punya tujuan dari setiap apa yang dilakukan. Se-sederhana mengerjakan project, jika tujuannya hanya uang, maka sebanyak apapun yang dihasilkan tidak akan cukup. You won't find contentment in this dunya, dan kesadaran akan pentingnya kehidupan setelah di dunia ini, itulah yang akan membuat kita punya tujuan.


Sederhananya, bagi seorang muslim, life purpose atau tujuan hidup yang dimiliki semestinya sudah jelas; melayani Allah. Kita ini hamba, status tertinggi kita sebagai manusia hanyalah seorang hamba. Sudah selayaknya kita melayani Tuan kita dengan sepenuh hati. Caranya juga tidak muluk-muluk, karena Tuan yang kita layani ini adalah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Caranya hanya dengan menyelipkan Dia dalam setiap niat serta alasan kita melakukan sesuatu. 


Tapi ini akan sulit jika kita tidak terhubung dengan ruh kita sendiri. Salah-salah, bisa jadi malah nanti kita merasa sudah berjasa karena sudah melayani Tuan yang tidak kasat mata. Lantas ketika ada sesuatu yang buruk terjadi pada hidup kita, naudzubillahimin dzalik, kita langsung merasa sia-sia telah melayani-Nya dengan sepenuh hati.


***

Seperti yang sudah sering saya tulis di sini, juga bersumber dari video Nouman Ali Khan tentang 'Allah is Light upon Light', bahwa manusia terdiri dari tiga komponen. Akal pikiran yang bersumber dari otak, perasaan yang bersumber dari hati, dan naluri yang bersumber dari ruh.


Akal dan perasaan seringkali mendominasi karena mereka punya bentuk fisik di tubuh ini, berupa otak dan sirkulasi emosi yang bersumber dari perut. Sedangkan ruh tidak punya bentuk fisik. Tubuh kita terbuat dari tanah, ruh terbuat dari cahaya. Tanah bermuasal dari Bumi, dari dunia ini, sedangkan Ruh, sebagaimana disebutkan di QS An-Nur 35, bersumber dari bagian dari cahaya Allah. 


Jika disebut cahaya di sini, jangan bayangkan ini sebagai sinar matahari yang menerangi sepanjang hari. No, bukan itu. Ada dua jenis cahaya di dunia ini, karena sebagaimana ruh, cahaya pun diciptakan berpasangan. Cahaya fisik, itu yang tadi kita bilang sebagai sinar yang tertangkap oleh indera dan bersumber dari matahari. Cahaya non-fisik, ini yang tadi disebut sebagai bagian dari Allah yang kita sebut ruh. Di dunia ini, sumber cahaya non-fisik adalah Al-Quran. Makanya Al-Quran juga disebut sebagai petunjuk, penerang, karena dia membantu kita menuntun ke jalan yang dekat dengan-Nya. Dengan Sang Pemilik Cahaya.


Ruh sudah diciptakan bersama dengan penciptaan Adam. Tinggal menunggu waktu, satu persatu dari mereka diutus turun ke Bumi, menempuh perjalanannya, untuk nanti kembali lagi ke surga.


Namun, dalam perjalanannya di Bumi, Ruh ini terperangkap dalam tubuh yang diintervensi oleh akal pikiran dan emosi perasaan. Keduanya adalah aspek yang rentan akan bisikan setan. Dalam Al-Quran, hati diibaratkan seperti Al-Misbakh, orang Arab jaman dulu mengandalkan lampu Misbakh alias lampu teplok untuk penerangan. Ini jenis lampu yang ditutup dengan kaca, dan didalamnya ada api. Hati diibaratkan seperti Al-Misbakh, dan cahaya di dalamnya diibaratkan sebagai Ruh. Jika Al-Misbakh ini kotor, maka pendaran cahaya dari dalamnya pun akan ikut redup, dan sebaliknya. Untuk itu, satu-satunya cara untuk bisa kembali terkoneksi dengan ruh, adalah dengan membersihkan Al-Misbakh alias hati.


Saya bisa bilang, jika sudah bisa terkoneksi dengan ruh, seseorang akan bisa menjalani hidup dengan ringan. Dia bisa memilih, tanpa takut salah karena dia sudah yakin dengan apa yang dia mau. Dia kenal dengan dirinya sendiri, dan tahu kemana arah yang dia tuju. That sense of purpose will give meaning to life, dan menjadikan setiap harinya berlalu tidak sia-sia. Dulu, saya juga pernah menulis tentang manusia adalah kumpulan dari waktu, yang terus menerus hilang dan tidak akan pernah kembali. Dengan adanya sense of purpose ini, waktu yang terus hilang itu setidaknya memiliki makna.


Tapi, sebagaimana hal lain yang bersifat duniawi, hati tidak akan terus menerus bersih. Selalu ada saja yang membuat hati kita menjadi kotor. Jengkel dengan pengendara motor di jalan, tukang parkir yang gak jelas ngarahin kiri atau ke kanan, pengamen yang nyanyi gak pake masker, atau orang yang sukanya nyindir tapi kalau diajak duel face to face langsung diam mengkerut alias maunya ditonton. Karena syaitan itu memang paling konsisten dengan tugasnya menggoda manusia. Jika satu berhasil dikalahkan, raja iblis akan mengerahkan bala tentaranya lebih banyak lagi sampai si manusia itu hatinya kotor lagi dan ruhnya tidak bisa mengirimi pesan lagi.


Bagaimana cara membersihkan hati? Bagi Muslim, caranya semudah dengan beristighfar. Membasahi bibir terus menerus dengan memohon ampun. Sadar bahwa dalam setiap kata yang diucap pasti ada dosa terselip. Dalam setiap pikiran yang terbersit, pasti ada dosa yang terselip. Bahkan ketika kita melakukan ibadah ritual pun yang nyata-nyata terlihat suci, masih bisa ada dosa yang terselip jika pas setelah takbir Allahu akbar, yang dipikir malah eh habis ini meeting mau bahas ini, ini dan ini. Alias menuhankan pekerjaan.


Istighfar dan terus menerus meminta ampun, adalah cara paling ampuh untuk membuat Tuan yang kita layani tersenyum. Jika Dia saja bahagia pada kita, apalagi makhluknya. Makanya di tulisan sebelumnya yang finding my tribe yang sudah saya hapus itu saya bilang; if people like me, thanks but I don't care. If people like my product, I appreciate them and will do my best to make some improvement. But if.. people like my concept, well.. now we're talking. Karena saya tidak peduli kalau orang suka atau tidak sama saya. Saya mencoba untuk jadi a decent people, tapi kan saya tidak bisa menyenangkan semua orang. Yang penting Allah tahu tujuan serta niat saya, dan kalau pun saya salah, Allah itu Al-Lathief, Maha Lembut, Dia punya cara sendiri untuk menegur hamba-Nya.


Proses ini penting sebelum menemukan tujuan, karena bisa jadi juga seseorang salah menetapkan tujuan. Seperti ada orang yang pontang panting melakukan sesuatu untuk membuktikan bahwa dirinya mampu, dan ada yang melakukan sesuatu karena hatinya memang mau dan suka lakukan itu. Meskipun keduanya tetap benar saja dilakukan, dan bisa jadi itu juga adalah fase --pertama untuk pembuktian diri dulu, lama-lama karena memang dirasa suka  dan menemukan jalannya-- tapi yang jelas, bagi seorang muslim, sangat penting untuk menjadikan jalan yang lurus sebagai tujuan. Tujuannya bukan berupa sebuah end goal, melainkan jalan itu sendiri. Untuk bisa terus berada di jalan yang lurus dan di ridhai, adalah tujuan hidup seorang muslim.


Sehingga nantinya, apapun yang dia lakukan, selama itu masih sejalan dengan jalan lurus yang Tuan kita ridhai, maka jalan itulah yang ditempuh. Jika sudah begitu, Allah lah yang akan buka pintu-pintu rejeki yang saangat banyak untuk kita sampai kita kagum sendiri, kok bisa ya dapat rejeki sebanyak ini.. 


***

Jika sudah begini, maka nanti kaitannya dengan jenis orang-orang seperti apa yang ingin kita pertahankan. Termasuk.. jenis pasangan seperti apa yang kita mau. Terlebih untuk yang belum menemukan pasangan.


Makanya pasangan itu disebutnya dengan soulmate. Karena yang diciptakan berpasangan itu adalah Ruh sejak penciptaan Nabi Adam. Jika kalian pernah mendengar tentang String Theory, bahwa jika semesta ini dibagi menjadi empat dimensi, maka akan terlihat bahwa satu benda ke benda lain terhubung oleh sebuah vibrasi. Ruh, terkoneksi oleh vibrasi. Getaran yang menandai apakah mereka berada dalam frekuensi yang sama atau tidak. Ruh mengenal tribe nya, mengenal kumpulan orang yang sudah diciptakan bersamaan sejak masih di surga sana. Makanya suka ada kan orang-orang yang kita temui, baru kenal, tapi kok bisa akrab banget. Ya boleh jadi itu karena memang ruh kita sering hangout dulu waktu masih di surga.


Mudahnya begini, jika kita mau belajar untuk kembali terkoneksi dengan ruh kita sendiri, kita jadi tahu bagaimana caranya hidup dengan diri kita sendiri. Every living person must know how to live with them self, dan bukan dengan cara yang sambil terus menunggu-nunggu kedatangan orang yang sudah diberi kesempatan jutaan kali tetep ga ngeuh juga. Ke laut aja itu mah. 


Perjalanan terkoneksi dengan ruh sendiri inilah yang akan membawa pada banyak sekali jalan baru. Menemukan bahwa oh ternyata, saya kalau sedang dalam kondisi emosi ini harus melakukan ini supaya nanti bisa tertangani dengan baik masalahnya. Atau, oh saya kalau nanti sedang menginginkan hal ini, harus lakukan ini dan ini supaya benar-benar yakin apakah keinginan ini patut untuk diwujudkan atau tidak.


Karena pasangan kita atau soulmate kita tercipta dalam frekuensi yang sama dengan kita. Once we knew ourselves, akan mudah bagi kita untuk mengenal dia juga. Karena dia pun sebetulnya tidak jauh beda, sama-sama juga kalian tuh. Misal kalau kamu gak suka dicemburui, ya jangan bikin dia cemburu. Sesimpel tidak melakukan apa yang kamu tidak suka. Tapi kan kamu harus tahu dulu apa yang bikin kamu tidak suka, dan itu tidak boleh ditutup-tutupi. 'nggak kok aku ga cemburuan orangnya, aku mah bodoamat' padahal dalam hati hancur lebur,, ya bukan begitu. Harus jujur apa adanya dengan apa yang dirasakan. Karena pasangan kita pun merasa yang sama. 


Bisa jadi kalau kamu sekarang belum ketemu dengan pasanganmu, itu karena dia juga masih sama denganmu. Sama-sama berusaha kembali terhubung dengan ruhnya sendiri. Jadi semakin cepat kamu berhasil mengentaskan dan membersihkan hati dan terhubung pada ruhmu, semakin cepat juga ruhnya bekerja keras untuk mengarahkan dia kepadamu karena kalian sudah sama-sama tahu, bahwa kalian tercipta untuk satu sama lain.


***

Tulisan ini agak panjang, karena saya ingin nulisnya dari kemarin. Tapi kemarin serangan datang, dan saya terkapar semalam dan seharian tadi. Baru bisa makan lepas magrib, itupun yah.. tidak habis. Foto Funko Pop Captain Hook di Pantai Belitung saya gunakan, karena hari-hari inilah setahun yang lalu saya habiskan di sana. Ke pantai tiap sore selepas assessment, pada jeda antara beres FGD dan sebelum makan malam. Rupanya saya kangen juga dengan suasana laut.


***

Bogor, 27 Desember 2020

Habis minum obat, rasanya nulis jadi lancar. Tapi belum dibaca lagi ini, kayaknya ngelantur, tapi kayaknya terstruktur. Ngantuk.

Comments

Popular posts from this blog

Something to Look Forward to

June!! (Again)

My COVID Story