Being a person with weak digestive system is hard. Seperti saya yang sudah berhari-hari berjibaku dengan PMS dan masih baik-baik saja dalam urusan pencernaan, sampai pada suatu hari saya telat makan selama tiga jam, lalu efeknya sampai dua hari kemudian.
Pagi ini malah masih parah. Saya dipaksa harus mengeluarkan isi perut yang sudah terkuras sepagian. Sedari subuh, selepas solat, saya seduh madu dengan air hangat, di makan bersama tiga sendok oatmeal yang saya makan selama tiga puluh menit dengan sendokan yang keciiil kecil sekali. Itu pun setelah dikonsumsi harus dikeluarkan lagi. Setelah matahari sudah mulai muncul, saya makan sedikit demi sedikit biskuit roma kelapa --my eternal favorit biscuit-- yang lalu dicerna dengan baik oleh isi perut sebelum dikeluarkan lagi. Endingnya adalah saya yang berdiri selama lima menit di depan toilet, dipaksa kembali menguras isi perut, tapi sudah tidak ada lagi yang bisa keluar karena sudah tidak ada isi. Do you want a girl with flat stomach? I have it.
In this very situation, saya selalu bisa berempati pada ibu-ibu yang hamil muda. Yang masih memasuki trimester pertama dan berjibaku dengan hormon yang tidak seimbang serta sistem pencernaan yang manja bukan main. So on the plus side, mudah-mudahan jika nanti waktunya tiba, saya sudah terlatih dan sudah tahu apa yang harus dilakukan. lol.
***
Sistem pencernaan bukan saja hal utama dalam hidup, tapi juga sumber dari segalanya. Emosi, kecerdasan, semua bersumber dari apa yang kita makan. Makanan mengandung sari-sari yang dibutuhkan oleh sel tubuh untuk bekerja. Sel tubuh ini yang menentukan apa yang kita rasakan, kulit kita akan tampil seperti apa, dan uniknya, si sel tubuh ini punya life-span yang sangat pendek. Mereka terus menerus berganti, jadi mereka terus menerus kelaparan. Kita bukan makan untuk memenuhi keinginan kita. Kita makan untuk mensuplai si greedy tiny little cells.
Jika asupannya baik, mereka akan senang dan akan bekerja dengan baik. Jika asupannya buruk, sell nya mengkerut, dan ya.. jadi sumber petaka. Entah mood yang gampang marah, atau malas berkepanjangan, semua itu bersumber dari makanan yang kita makan.
Seorang minimalist harus tahu apa tujuan yang dia mau setiap melakukan sesuatu, termasuk urusan makan. Tahu dari mana sumber makanan itu datang, tahu bagaimana si makanan itu diolah, akan sangat baik dan membuat sistem pencernaan kita merasa dihormati. Lagipula, memperhatikan makanan adalah sumber kesenangan. Ketika kita melihat piring yang berwarna warni oleh warna sayur dan buah, kesenangan tersendiri yang membuat kita enjoy mengkonsumsinya. Dari situ akan menghilangkan sel-sel jahat seperti sel kanker.
Lagipula, rasa sakit yang seseorang derita jika itu urusannya dengan sistem pencernaan, tidak bisa dibantu oleh tenaga medis. Percayalah. Saya termasuk orang yang sudah mencoba beberapa dokter penyakit dalam di beberapa rumah sakit besar kota ini. Obatnya selalu sama dan metode penangannya juga sama; sama-sama memberikan sederet makanan yang tidak boleh dimakan.
Maka satu-satunya solusi jika seseorang punya sistem pencernaan yang lemah, adalah dengan mengenali dirinya sendiri. Kenal responnya terhadap makanan tertentu, sehingga jika suatu saat ada keinginan berlebih untuk mengkonsumsi makanan terlarang itu, dia tahu bagaimana cara menanganinya supaya tidak menjadi budak nafsu dan terbawa arus.
Faktor stress mungkin juga mempengaruhi, banyak yang bilang demikian. Tapi di jaman serba informasi seperti sekarang ini, siapa sih yang tidak stress. Tiap orang pasti punya ketakutan yang mereka simpan diam-diam, yang menjadi pemicu stress. Hanya berbeda saja kadarnya pada tiap orang. Nah, orang yang punya sistem pencernaan yang lemah, mungkin tidak sadar bahwa dia sedang menyimpan ketakutan. Makanya, sekali lagi saya bilang, mengenali diri sendiri, tahu apa yang bisa membuat dia bahagia, tahu bagaimana caranya mengatasi situasi jika dihadapkan dengan orang yang punya lisan menyayat.. adalah satu-satunya solusi agar bisa survive hidup berdampingan dengan sistem pencernaan yang lemah ini.
Karena boleh jadi, ini berlaku untuk selamanya. Sekali lambung itu terkena serangan, maka selamanya dia tidak bisa lagi dibawa untuk makan makanan sembarangan --se pedas baso aci kuah merah super segar atau gohu (hiks.. bye gohu..)--. Tidak apa. Setidaknya ini jadi sedikit pemantik motivasi untuk tidak mau berlama-lama di dunia ini, biar jangan terlalu betah di rest area. Ada dunia lain yang lebih baik dan jauh lebih patut untuk dikejar, karena di sana, selamanya kita bisa makan aaapa saja yang kita mau.
***
Bogor, 10 Januari 2011
Dua tahun lalu saya ke dokter spesialis penyakit dalam, cuma dikasih obat itu-itu doang dan bilang bahwa tidak ada yang signifikan dari lambung saya, semua baik-baik saja.
"kamu cuma perlu kumpulin uang yang banyak"
Hah? Saya tentu kaget dan agak horor mendengarnya "buat apa, dok?"
Dokter tua jenaka itu melepas stetoskop, berjalan menuju mejanya untuk menulis beberapa resep sebelum menjawab; "buat kawin!"
-__-
Alrite.
Comments
Post a comment