Tema hari ini adalah perempuan. Saya dulu pernah berpikiran sudah wajar jika perempuan itu fitrahnya di rumah, karena ketidakmampuan mereka dalam detaching emosi dan pekerjaan, membuat keputusan menjadi bias antara ego pribadi dan penilaian yang adil (seperti misal kalau kamu lagi dekat dengan dia, kamu terus terusan dikasih project, tapi pas dia tidak senang denganmu, kamu tidak lagi dikasih project padahal kamu capable dalam melakukannya).
Tapi memang sifat tidak adil itu manusiawi, dan pada laki-laki pun ada sifat seperti itu. Saya hanya ingin menyoroti perempuan, karena perasaannya yang lebih halus dan lebih mudah untuk diubah hanya dengan satu dua kalimat nasehat. Kalau laki-laki kan yaa.. we can't change a man. We'll die trying to change a man. Dunia mereka berbeda, dan kekeras kepalaan mereka nyata. Mereka tidak akan berubah kecuali merekanya sendiri yang mau berubah.
Ya kan?
Dalam bekerja, seringkali kita mendapati karakter perempuan yang dominan. Sudah fitrahnya mereka senang berbicara, jadi terus menerus angkat bicara. Terus menerus memberi pendapat dan suaranya selalu terdengar.
Lupa bahwa sesekali perlu juga untuk memberi jeda, agar ada ruang untuk berpikir dan menelaah. Tidak selalu melontarkan apa yang pertama terlintas di kepala, karena biasanya yang paling pertama terlintas itulah yang jujur dangkal dan forum selalu butuh analisis mendalam dari pesertanya.
Apa yang harus dilakukan jika menghadapi perempuan dominan seperti itu?
Kalau saya biasanya akan diam dan mendengarkan, mengikuti alur cara berpikirnya. Dalam satu jam pertama, dia akan bersemangat, dan setelah lewat jam kedua biasanya energinya sudah habis. Nah barulah di situ saya ambil langkah maju, menyelesaikan kerumitan yang terus menerus mereka ulang dan bahas sebagai masalah. Sampai sekarang masih selalu ampuh sih, karena saat energi mereka sudah habis, energi kita masih utuh, dan kita muncul dengan analisa yang lebih tajam karena dipikir matang.
Barusan juga ada perempuan, ibu rumah tangga yang saya kagumi karena semangatnya yang masih ada untuk berkontribusi pada khalayak walau dengan keterbatasan waktu dan tenaga menghadapi dua anak, dia bertanya pada saya tentang sesuatu yang dia rasa saya sudah lakukan dengan baik. Darimana saya belajar, dan dari mana referensi saya.
Jawaban saya sederhana sebetulnya; buku. Buku dan hanya buku. Jarang sekali saya belajar melalui influencer instagram, walau sebetulnya bisa juga, tapi isi instagram saya banyakan foto hedgehog gitu..
Apalagi twitter.
Di twitter isinya kalau bukan meme, video receh, atau tweetnya Donald Trump.
Penting untuk perempuan untuk terus baca buku. Baca dan terus baca, agar mulut lebih banyak tertutup rapat. Lagi-lagi kenapa perempuan? Karena kata teori Barat, jika ingin merusak suatu bangsa, rusaklah perempuannya. Anak kecil akan tumbuh besar berbekal karakter yang diturunkan ibunya, dan karakter itu tidaklah mereka pelajari melalu tulisan, tetapi dalam laku yang ditiru. Buku-buku bacaan bisa membentuk karakter seseorang, makanya kalau jarang baca, jadi banyak waktu untuk kepoin kehidupan orang, yang ujung-ujungnya jadi membandingkan kebahagiaan diri sendiri dengan orang lain.
OOT nih ya, ada kan perempuan yang pinginnya kulit mulus, tapi pas nanya skincare mu apa trus kita jawab ini, ini dan ini, yang sampai bertahap-tahap, lalu dia tertawa dan bilang tidak sanggup walau hanya satu.. tapi terus menerus membandingkan kulitnya yang kusam sambil bilang ah ga apa begini juga yang penting pak suami cinta, trus yang ditanyai skincarenya ini belum punya suami dong.. jadi.... yaa..
hehe..
Maksudku, kalau tidak bisa lakukan sesuatu ya sudah saja, tidak perlu ngebandingin gitu loh bund.
Kalau waktunya dihabiskan untuk baca buku, pasti tidak sempat lagi untuk kepikiran yang begitu-begitu.
***
Hari ini saya dapat banyak sekali pelajaran dari perempuan, karena mulai dari meeting, nyempetin ketemuan sama temen kuliah yang nungguin gw kelar meeting, sampai radio yang terputar di mobil pun semuanya temanya perempuan.
Dan sebentar lagi juga Hari Ibu..
Hari di mana semua orang akan berpose berfoto dengan ibu masing-masing.
Tidak apa-apa jika itu bagian dari cara mereka menghargai ibu mereka, tapi tidak perlu juga menghakimi yang tidak ikut memposting.
Tapi jelas di hari itu saya akan non aktif instagram, walau pun saya bukan tipe yang meninggalkan sosial media hanya karena takut iri dengan pencapaian orang lain. Bukan apa-apa,. liat Rumaysa protes dibilang bukan bayi lagi aja nangis akutuu.. lucu bet si..
***
Bogor, 10 Desember 2020
I can be all strong, independent, and fearless. Tapi tadi habis juicing lumayan tinggi serat, pas mau dibersihin, juicernya gak bisa dibuka.. nangis dong. Gabisa buka juicer aja mewek.
Comments
Post a comment