After you get over from something or someone, and you made it to rely on yourself, build your walls even thicker than before and start hustling.. that's when usually they crawled back to you, begging you to open the doors.
Menyadari hal tersebut saya hanya ingin meringis. Bersembunyi di dalam sini, menutup diri sekaligus membuka diri melalui tulisan demi tulisan yang saya tulis diam-diam. Beberapa teman yang dulu saya anggap sahabat, sekarang adalah yang paling mampu mengiris hati dengan perkataannya yang tidak pernah mendukung apa-apa yang saya buat. I know it sounds heartless, but we need to let go of some people in order to grow. No matter how much they meant for us in our previous life. The world is a scarry place, and if I can't share it with my naked mind, I'd better off living it alone.
Jadi ada orang yang tadinya pergi ketika kamu sedang dalam the worst version of yourself dan memilih kembali lagi after you put your pieces together, dan ada yang memilih pergi ketika kamu mulai menemukan sukses dan bahagia dengan dirimu sendiri. Life is circling around those options.. so my only advise is.. don't get too attached to anything.
Jumat kemarin adalah hari yang sangat panjang dan saya benar-benar sadar minggu besok dan besoknya lagi akan lebih padat. Makanya hari ini saya memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa. Sabtu memang selalu saya anggarkan untuk tidak melakukan apa-apa. Simply to just wake up, brew coffee, read books, sampai tahu-tahu tengah hari. Paling sambil cuci baju dan jemur baju. Saya pun tidak mau masak, hanya order sushi melalui aplikasi delivery. Karena saya tahu pentingnya menyiapkan diri ketika kita dibutuhkan oleh banyak orang.
Penting bagi setiap orang, terlebih pasangan, untuk mengalokasikan waktu setidaknya beberapa jam dalam seminggu untuk menikmati waktu dengan dirinya sendiri. Mengeksplorasi hal-hal yang ada di dalam pikiran, membaca, menemukan teori, menguji teori, melihat respon dari orang-orang, yang semuanya tersaji terakses hanya dalam satu jentik jari. Manusia tercipta dibekali dengan pikiran, yang jika tidak diasah dan terus menerus dipenuhi oleh orang lain, dia akan kehilangan interaksi dengan ruh nya sendiri. Padahal ruh itulah penunjuk jalan. Jika bimbang antara dua pilihan, ruh yang akan memberi tahu pilihan mana yang tepat.
***
Hari Sabtu yang saya dedikasikan untuk membaca buku. Pukul setengah satu dan saya masih pakai pajamas belum mandi menghabiskan secangkir kopi dan sebungkus roma kelapa , order sushi untuk makan siang, sambil mendengarkan musik. This is my zen.
Kadang suka ada saja orang yang bilang "nikmatin, Ma. Sebelum nanti kamu punya anak. Boro-boro bangun tidur bisa lihat rumah rapi habis deep clean. Pasti udah keacak-acak lagi.." yang kemarin akhirnya saya jawab dan membuat mereka tertawa, "jangan gitu dong, makin males nanti gw buat kawin." "Yakin lo males kawin?" balas ibu-ibu itu lagi.
Ya tapi saya takut juga terlalu attach dengan perasaan ini. A weird satisfaction when I stare at my empty-clean-perfectly painted-grey walls, or an empty space of my floor yang tidak ditutupi oleh sofa atau apa-apa.. that feeling sparks joy, okay. Susah sih mendefinisikan rasa spark joy. Harus dirasa.
Makanya diawal tadi saya bilang, don't get too attach to anything. Harus terus menerus melatih pikiran untuk ingat bahwa ini semua hanya temporary.
***
Tanpa sadar November sudah mau pamit, berganti Desember. Dan lagi-lagi kita sudah berada di penghujung tahun. Waktu bergulir makin lama terasa makin cepat, tahu-tahu umur sudah semakin menumpuk banyak.
Bekal apa saja yg sudah dikumpulkan utk hari akhirat nanti? Atau minimal hari tua, assuming that we'll live till old age..?
We won't get any younger.
***
Bogor, 21 November 2020
Comments
Post a comment