Kopi adalah alasan saya menunggu pagi. Satu-satunya rutin yang masih bertahan sejak sebelum pandemi. Barusan saya baca buku tentang the perfect timing, ternyata sebaiknya kita tidak meminum kopi langsung setelah bangun tidur, melainkan harus memberi jeda terlebih dahulu. Jeda tersebut untuk menyiapkan tubuh memproduksi hormon cortisol (or something.. I should check again tomorrow), supaya efek kafein nya lebih bisa berfungsi. Jika hormon itu belum terproduksi, akibatnya nanti kita akan mengalami insensitifitas terhadap kafein, sehingga dosis yang dibutuhkan akan terus bertambah.
Saya hanya memperbolehkan diri saya untuk minum 250 ml kopi setiap hari. Hanya lebih kalau deadline benar-benar mepet, tapi jarang sih sekarang saya kayak begitu. Maka, pagi lah satu-satunya waktu saya bisa bercengkrama merasakan efek pahit-menyegarkan dengan aroma yang-memanjakan. Halah.
Untuk itu saya selalu antusias menyambut pagi. Karena ada kopi yang bisa saya nikmati. Itu juga salah satu alasan kenapa puasa di luar bulan Ramadan itu agak sulit ya.. kopi sih sebetulnya.
Ngga ding itu karna syaitan.
Sekali waktu saya pernah mencoba satu hari tanpa kopi dengan sengaja, dan rasanya luar biasa. Sulit berkonsentrasi, maunya rebahan terus. Akhirnya saya coba untuk besoknya lagi tanpa kopi, lalu besoknya, dan besoknya, sampai lima hari kemudian lalu saya sudah tidak sanggup. Mudah-mudahan ini bukan candu. Tapi pun jika iya, saya bisa pastikan ini lebih baik dari rindu.
***
Bogor, 11 Oktober 2020
Rindu Eyang., pingin pulang..
Seharian tanpa wifi, mestinya pagi tadi langsung aja cuss ke Pamanukan. Mudah-mudahan Eyang masih sehat dan baik-baik saja :(
Comments
Post a comment