Yesterday, my friend called and told me about one horrible news. A disaster for someone's life that we both know so dearly. All the words that came out from my mouth were just a pray and encouragement for her to do what is right.
Tonight, another friend of mine, one of the strongest women I know, bercerita tentang sesuatu yang membuat dia merasa ingin kabur. Saya langsung berpikir, ini pasti bukan urusan sepele. Sesepele saya yang kabur ke pulau kecil hanya untuk mengumpulkan keberanian untuk menghapus memori tentang seseorang. Dan benar saja. Ceritanya serius, and in fact.. I'm writing this while 'hearing' her pouring it all down. Karna dia gamau via telpon, jadi chat, dan chat panjang kan mesti ditunggu..
***
I remember five years ago, I was struggling to cut a tie with a life I've been hanging on. Saya betul-betul berada dalam persimpangan antara iya dan tidak, dan satu keputusan akan membawa ke kehidupan yang sama sekali baru. Yang satu aman dan agak penuh kepastian, dan satunya lagi agak risky.
Long story short, saya ditolong oleh Allah. Tanpa repot-repot harus memilih, saya disodorkan pilihan yang sudah 'jadi' dan itu persis seperti apa yang saya idamkan. Walau artinya, saya harus mengorbankan satu pilihan lain yang sudah nyaman dan lama terjalin. Endingnya jelas,. kami putus, dia menikah dengan orang lain dua tahun kemudian, dan saya tetap menyendiri sampai empat tahun kemudian, masih menolak to be with just anybody.
Tapi saya masih ingat betul pergelutan batin yang terjadi ketika saya ingin memilih menyudahi hubungan itu duluan tapi terlalu takut untuk sendiri.
Allah tolong saya dengan beri pekerjaan ini, dan saya tidak lagi takut ketika dia memutuskan untuk berpisah dan saya iyakan.
***
Sekarang, setiap kali sebuah batu kembali menghantam saya dan karir yang saya sayang-sayang layaknya bayi ini.. selalu Allah datangkan 'masalah' dari orang lain. Masalah yang membuat saya merenung.. berpikir mungkin kalau saya yang ada di situ, saya sudah bunuh diri. Tapi Allah menaruh saya di masalah yang ini.. seharusnya saya bisa handle ini.
Ada yang bilang 'ngapain sih kamu bikin2 event kayak gitu. ngehasilin duit nggak, capek iya'.. ya memang duitnya ga seberapa kalau dibanding side job yg saya ambil baru-barudan bikin rumah jadi kayak kapal pecah karena ga keurus. Tapi saya merasa setidaknya ada yang masih bertumbuh di kantor ini, dan itu melalui pelatihan-pelatihan yang saya coba tumbuhkan. Event demi event yang saya fasilitasi, walau saya juga belum clear betul arahnya akan kemana.
Belum lagi sakit hatinya. Maret lalu tiap pulang kantor pasti saya nangis. Selalu ada tangisan baru setiap hari. Dari mulai baper-baper biasa, sampai benar-benar omongan sakit hati.
Tadinya saya pikir saya sudah terbiasa sekarang, tapi ternyata masih kesal juga waktu a bunch of emails of mine tidak ada satupun yang merespon dan malah sibuk berjoking ria dengan celoteh tidak bermutu.
Sunggu saya kesal sekali tapi apa boleh buat.. telan saja pil pahit itu bulat-bulat.
Malam ini juga sama..
Tapi ya sudahlah, mau apa lagi. Mungkin bagian saya adalah ini. Walaupun tidak mesti juga begini terus. Harus segera ambil langkah. Mungkin seperti lima tahun lalu, waktu saya mulai bergerak ambil langkah, mencoba-coba hal yang paling menakutkan. Karena Allah yang nanti akan datangkan jalan-Nya sendiri, setelah Dia lihat effort kita. Bukan effort kita yang membuka jalan, tapi kalau Allah sudah bilang.. "well.. okay, now you can have it.."
***
Kasur, bagian tengah, sambil duduk. ke download 5 film sambil tunggu temenku bercerita.
17-7-2020
Tonight, another friend of mine, one of the strongest women I know, bercerita tentang sesuatu yang membuat dia merasa ingin kabur. Saya langsung berpikir, ini pasti bukan urusan sepele. Sesepele saya yang kabur ke pulau kecil hanya untuk mengumpulkan keberanian untuk menghapus memori tentang seseorang. Dan benar saja. Ceritanya serius, and in fact.. I'm writing this while 'hearing' her pouring it all down. Karna dia gamau via telpon, jadi chat, dan chat panjang kan mesti ditunggu..
***
I remember five years ago, I was struggling to cut a tie with a life I've been hanging on. Saya betul-betul berada dalam persimpangan antara iya dan tidak, dan satu keputusan akan membawa ke kehidupan yang sama sekali baru. Yang satu aman dan agak penuh kepastian, dan satunya lagi agak risky.
Long story short, saya ditolong oleh Allah. Tanpa repot-repot harus memilih, saya disodorkan pilihan yang sudah 'jadi' dan itu persis seperti apa yang saya idamkan. Walau artinya, saya harus mengorbankan satu pilihan lain yang sudah nyaman dan lama terjalin. Endingnya jelas,. kami putus, dia menikah dengan orang lain dua tahun kemudian, dan saya tetap menyendiri sampai empat tahun kemudian, masih menolak to be with just anybody.
Tapi saya masih ingat betul pergelutan batin yang terjadi ketika saya ingin memilih menyudahi hubungan itu duluan tapi terlalu takut untuk sendiri.
Allah tolong saya dengan beri pekerjaan ini, dan saya tidak lagi takut ketika dia memutuskan untuk berpisah dan saya iyakan.
***
Sekarang, setiap kali sebuah batu kembali menghantam saya dan karir yang saya sayang-sayang layaknya bayi ini.. selalu Allah datangkan 'masalah' dari orang lain. Masalah yang membuat saya merenung.. berpikir mungkin kalau saya yang ada di situ, saya sudah bunuh diri. Tapi Allah menaruh saya di masalah yang ini.. seharusnya saya bisa handle ini.
Ada yang bilang 'ngapain sih kamu bikin2 event kayak gitu. ngehasilin duit nggak, capek iya'.. ya memang duitnya ga seberapa kalau dibanding side job yg saya ambil baru-baru
Belum lagi sakit hatinya. Maret lalu tiap pulang kantor pasti saya nangis. Selalu ada tangisan baru setiap hari. Dari mulai baper-baper biasa, sampai benar-benar omongan sakit hati.
Tadinya saya pikir saya sudah terbiasa sekarang, tapi ternyata masih kesal juga waktu a bunch of emails of mine tidak ada satupun yang merespon dan malah sibuk berjoking ria dengan celoteh tidak bermutu.
Sunggu saya kesal sekali tapi apa boleh buat.. telan saja pil pahit itu bulat-bulat.
Malam ini juga sama..
Tapi ya sudahlah, mau apa lagi. Mungkin bagian saya adalah ini. Walaupun tidak mesti juga begini terus. Harus segera ambil langkah. Mungkin seperti lima tahun lalu, waktu saya mulai bergerak ambil langkah, mencoba-coba hal yang paling menakutkan. Karena Allah yang nanti akan datangkan jalan-Nya sendiri, setelah Dia lihat effort kita. Bukan effort kita yang membuka jalan, tapi kalau Allah sudah bilang.. "well.. okay, now you can have it.."
***
Kasur, bagian tengah, sambil duduk. ke download 5 film sambil tunggu temenku bercerita.
17-7-2020
17:17, 17-7
Ini kutangkap tadi pas habis kesal sama orang, trus ninggalin laptop, rebahan, buka hape..
Comments
Post a comment