Trus tadi di perjalanan pulang, sewaktu lagi antri panjang macet berkilo-kilo meter menuju pintu Tol Cigombong, kami ditemani oleh Bulan yang cantik sekali. Cantik, karena langit sekitarnya bersih, dia nya pun sinarnya lembut, dan bentuknya bulat sempurna. Saya bahkan nangis (lagi) tapi sedikit karena terlalu indah. Exquisite!
***
I love my new self. Sepulang dari perjalanan panjang tadi, nyetir seharian, dengan sangat hati-hati menghindari nasehat google untuk ikut jalur Cikidang sewaktu berangkat, yang berakibat pada perjalanan 5,5 jam untuk sampai ke pantai karena melewati beberapa titik macet, pasar, angkot, danpastinya salah jalan. Meski sudah sehati-hati itu, pulangnya tetap kecolongan juga lewat jalur Cikidang, jalur yang sangat kutakuti karena lima tahun lalu motorku pernah potong kontur dalam turunannya yang harus diambil alih oleh teman se-perkonvoi-an. Ehem, bukan konvoi sih karena cuma dua motor.
BUT I DID IT!!!
NYETIR JALUR CIKIDANG: CHECK!!
Padahal sebelum berangkat benar-benar mempelajari lebih detil lewat video youtube tentang jalur Cikidang dan sangat yakin tidak mau lewat jalur itu. Tadi malah pulangnya lewat situ dan kuharus memacu mobil dengan kecepatan tercepat yang dia bisa, karena kalau tidak cepat dia tidak kuat nanjak, dan kalau tidak cepat bisa kemalaman di jalur itu, yang sangat seram kalau gelap. Ternyata se sok berani apapun saya masih juga se-cemen itu.
Anyway,
I love my new self. Yang sepulang dari perjalanan panjang, nyetir, tapi sesampai di rumah tidak lagi langsung mandi atau rebahan. Ku bisa dengan bertanggung jawabnya bersihin mobil, bersihin kuku, bersihin muka, masih sempat ganti sprei karena memang sudah waktunya dan kuingin tidur nyaman malam ini, pun masih sempat nyetrika mukena karena ini sudah masuk hari selesai menstruasi dan ku paling tidak suka pakai mukena yang tidak di setrika, bahkan waktu kemarin pakai jasa laundry setrika, ku tidak suka ketika tahu tali mukena nya (tahu kan yang untuk iket ke belakang), itu tidak di setrika. This new self of mine, sudah nyaris mendekati OCD but I like it and I don't have OCD.
Ku bahkan sering dibuat terkejut dengan ucapanku sendiri sepanjang percakapan dalam perjalanan.
Ketika Nur meminta pendapat tentang orang yang hidup sederhana tanpa tabungan, ku bilang 'ya silakan saja, asal jangan dia nge judge orang lain yang menabung'. Padahal, my old self, or my quick reaction will be 'ya gabisa gitu juga sih, kalau dia sama sekali ga punya tabungan, kan kita gak tahu kalau nanti ada kenapa-kenapa. Iya memang kita yakin kalau pertolongan Allah dekat, tapi kan....' langsung merepet panjang merasa lebih tahu padahal tidak tahu apa alasan dia memilih gaya hidup itu.. yang sebetulnya tidak perlu tahu juga, hidup hidup dia..
My old self, kalau sudah secapek ini, boro-boro mau ganti sprei, nyetrika, begini. Carrier aja mesti nunggu empat hari baru di unpacking kalau baru turun gunung (dulu). My new self, bahkan masih bisa buka laptop, dan nulis.
Mungkin karena sudah kelamaan sendirian. Jadi benar-benar belajar mengenal diri sendiri, menemukan sejatinya saya ini seperti apa sih, dan belajar untuk fokus pada hidup sendiri. Satu-satunya cara agar bisa damai dengan kondisi yang tidak mungkin lagi dihindari, ketika kehidupan pribadi orang lain dengan mudah bisa jadi santapan sehari-hari.
Memang pengalaman adalah guru terbaik, dan kita belajar banyak dari rangkaian kegagalan termasuk hati yang patah. Tapi ya kalau bisa jangan tunggu sampai patah hati dulu baru berubah sih..
Tapi aku yakin, jika hidup terasa semakin berat, itu artinya pertolongan Allah semakin dekat.
Seperti waktu menyeberangi Selat Raijua, sewaktu gelombang semakin tinggi dan kencang, kata bapak anggota dewan yang duduk di sebelahku, itu artinya pulau su dekat. Setelah ini tidak ada lagi gelombang, air sudah datar karena anginnya terhalang oleh pulau.
***
Pojok kasur, sudut kamar, bertumpukkan empat bantal yang siap mengepung, 5 Juli 2020 00:09.
Ketemu yang dirindui itu.. is better than sex.. I think (?)
Yaa gak tahu sih, tapi kayaknya sih gitu.
Hai Laut,
Aku rindu.
***
I love my new self. Sepulang dari perjalanan panjang tadi, nyetir seharian, dengan sangat hati-hati menghindari nasehat google untuk ikut jalur Cikidang sewaktu berangkat, yang berakibat pada perjalanan 5,5 jam untuk sampai ke pantai karena melewati beberapa titik macet, pasar, angkot, dan
BUT I DID IT!!!
NYETIR JALUR CIKIDANG: CHECK!!
Padahal sebelum berangkat benar-benar mempelajari lebih detil lewat video youtube tentang jalur Cikidang dan sangat yakin tidak mau lewat jalur itu. Tadi malah pulangnya lewat situ dan kuharus memacu mobil dengan kecepatan tercepat yang dia bisa, karena kalau tidak cepat dia tidak kuat nanjak, dan kalau tidak cepat bisa kemalaman di jalur itu, yang sangat seram kalau gelap. Ternyata se sok berani apapun saya masih juga se-cemen itu.
Anyway,
I love my new self. Yang sepulang dari perjalanan panjang, nyetir, tapi sesampai di rumah tidak lagi langsung mandi atau rebahan. Ku bisa dengan bertanggung jawabnya bersihin mobil, bersihin kuku, bersihin muka, masih sempat ganti sprei karena memang sudah waktunya dan kuingin tidur nyaman malam ini, pun masih sempat nyetrika mukena karena ini sudah masuk hari selesai menstruasi dan ku paling tidak suka pakai mukena yang tidak di setrika, bahkan waktu kemarin pakai jasa laundry setrika, ku tidak suka ketika tahu tali mukena nya (tahu kan yang untuk iket ke belakang), itu tidak di setrika. This new self of mine, sudah nyaris mendekati OCD but I like it and I don't have OCD.
Ku bahkan sering dibuat terkejut dengan ucapanku sendiri sepanjang percakapan dalam perjalanan.
Ketika Nur meminta pendapat tentang orang yang hidup sederhana tanpa tabungan, ku bilang 'ya silakan saja, asal jangan dia nge judge orang lain yang menabung'. Padahal, my old self, or my quick reaction will be 'ya gabisa gitu juga sih, kalau dia sama sekali ga punya tabungan, kan kita gak tahu kalau nanti ada kenapa-kenapa. Iya memang kita yakin kalau pertolongan Allah dekat, tapi kan....' langsung merepet panjang merasa lebih tahu padahal tidak tahu apa alasan dia memilih gaya hidup itu.. yang sebetulnya tidak perlu tahu juga, hidup hidup dia..
My old self, kalau sudah secapek ini, boro-boro mau ganti sprei, nyetrika, begini. Carrier aja mesti nunggu empat hari baru di unpacking kalau baru turun gunung (dulu). My new self, bahkan masih bisa buka laptop, dan nulis.
Mungkin karena sudah kelamaan sendirian. Jadi benar-benar belajar mengenal diri sendiri, menemukan sejatinya saya ini seperti apa sih, dan belajar untuk fokus pada hidup sendiri. Satu-satunya cara agar bisa damai dengan kondisi yang tidak mungkin lagi dihindari, ketika kehidupan pribadi orang lain dengan mudah bisa jadi santapan sehari-hari.
Memang pengalaman adalah guru terbaik, dan kita belajar banyak dari rangkaian kegagalan termasuk hati yang patah. Tapi ya kalau bisa jangan tunggu sampai patah hati dulu baru berubah sih..
Tapi aku yakin, jika hidup terasa semakin berat, itu artinya pertolongan Allah semakin dekat.
Seperti waktu menyeberangi Selat Raijua, sewaktu gelombang semakin tinggi dan kencang, kata bapak anggota dewan yang duduk di sebelahku, itu artinya pulau su dekat. Setelah ini tidak ada lagi gelombang, air sudah datar karena anginnya terhalang oleh pulau.
***
Pojok kasur, sudut kamar, bertumpukkan empat bantal yang siap mengepung, 5 Juli 2020 00:09.
Ketemu yang dirindui itu.. is better than sex.. I think (?)
Yaa gak tahu sih, tapi kayaknya sih gitu.
Hai Laut,
Aku rindu.
Comments
Post a comment