My Frequently Asked Question adalah: kok bisa sih Hil males makan? atau kok bisa sih gitu doang kenyang? atau Aku kalo stress maunya ngunyah, kok kamu nggak sih..
First of..
Jangan gampang percaya pada postingan di media sosial. Itu semua hanya masalah framing. Sebagai seorang penggemar indomie pakai nasi yang kalau posting foto indomie hanya indomie nya saja, saya paham betul framing sudah menjadi bagian dari hidup kita selama bertahun-tahun sejak instagram muncul ke permukaan.
Kalau ditanya kenapa saya malas makan? Saya juga gak tahu, dari kecil memang sudah begitu. Tapi apa saya memang tidak suka makan? Jangan salah, kalau sedang craving saya bisa makan nasi rendang sebungkus habis tanpa sisa bahkan sebutir. Kenapa badan saya kurus terus? Saya memang pernah gemuk, dan sejujurnya sejak itulah saya kapok.
Sejak saya kapok punya badan gemuk, saya menjadi lebih concern terhadap makanan. Mulai pergi ke gym dan menghitung kalori sebagai bentuk diet yang saya anggap sehat. Apakah berhasil? Justru kebiasaan itu membawa saya ke rumah sakit. Karna selain stress mikirin jodoh saya juga jadi stress mikirin mau makan apa.
Lepas dari rumah sakit saya bertekad untuk berhenti memilih makanan. Makan apapun yang saya mau makan sambil tetap olahragasekali per semester. Tapi dari situlah saya tahu bahwa sebetulnya tubuh kita ini merespon apa yang dia butuhkan saja. Keinginan kitalah yang membuatnya kewalahan dan akhirnya melebar.
Pernah suatu kalitepatnya malam ini saya cuma makan siang dengan seporsi batagor. Sarapan juga cuma segelas coklat panas dan biskuit sehat untuk diet non MSG kiriman parsel lebaran dari Hera (kiriman parsel nya harus disebut karna nanti saya dituduh diet, padahal itu dikasih, kalau beli sendiri mah ya...)... jadi malam nya saya bertekad untuk makan nasi. Indonesia sejati; no day without rice.
Tapi perihal mau makan apa juga bukan hal yang gampang. Saya harus facetime adik saya, minta dia berpikir selama empat puluh lima menit dalam dua babak, scroll go-food, sampai akhirnya menyerah dan memutuskan untuk bikin juice. Di tengah-tengah bikin juice terdengarlah suara abang nasi goreng tek-tek. Buru-buru saya pakai mukena dan celana panjang, keluar rumah, keluar pagar, eh ternyata abang nasgornya cuma lewat depan portal gak masuk blok. damn portal.
Yasudah saya kembali ke rencana awal, minum juice bayam dan lemon campur daun mint. Setelah utak atik dapur selama dua jam, selesailah segelas juice itu yang saya kecap sambil merem-melek genit sebelum akhirnya menyerah dan menambahkan madu.
Selesai itu, tubuh saya masih memberi respon lapar. Saya masih lapar.
Saya pikir, yasudah nanti makan pake nugget, tapi cuci piring dulu karena perlengkapan juice itu kalau sudah selesai dibikin dicucinya bisa seminggu kemudian kalau ditunda.
Setelah lima belas menit mencuci alat, mencuci wastafel, cuci wajan, ternyata respon lapar tadi sudah hilang. Pergi bersama craving nugget yang sempat terbayang dengan lezatnya.
Sebagaimana buku Good Mood Food tulisannya Natalie Savonna dan Charlotte Watts, pada dasarnya kita semua ini butuh gula sebagai bahan bakar dasar untuk berkegiatan dan berpikir sehari-hari. Ada makanan yang cepat melepas gula, ada juga yang lambat. Gula (ya iyalah), nasi, sumber karbohidrat, adalah makanan yang cepat melepas gula. Sedangkan sayur dan buah termasuk yang lambat. Butuh waktu untuk otak menerima sinyal kenyang ketika kita hanya makan sayur dan buah. Sebelum sinyal itu sampai, kadang kita tergoda tukberpikir dia yang tercinta makan makanan lain.. seperti saya tadi yang kalau tidak cuci piring mungkin sudah goreng risol. Tapi jika diberi jeda, maka tubuh akan memberi sinyal apakah dia memang masih kurang gula atau cuma kurang cinta.
Kunci hidup sehat itu sebenarnya semua orang sudah tahu; asupan yang sehat dan bernutrisi serta istirahat yang cukup.
Keduanya sangat berkaitan karena,
Setelah saya otak saya berhasil menerima sinyal kenyang dari segelas jus bayam campur lemon dan daun mint tadi, respon selanjutnya adalah mengantuk. Ngantuk berat dan harus dibawa tidur. Mana tadi siang memang melelahkan, setelah tiga bulan tidak ke kantor akhirnya saya ke kantor juga walau hanya lima jam. Lanjut dengan sesi-sesi online yang kadang susah dipahami dan susah diikuti karna banyak distraksi (entah itu skype call yang begitu diangkat videoku nyala lah), atau grup chat yang tidak mau berhenti, atau sekedarngecek viewer insta story mencari satu nama yang paling bawah.
Harusnya saya langsung tidur. Kalau langsung tidur, maka selesailah sudah urusan per makan-malam-an ini. Oiya saya memang anti makan berat di atas jam 9. No carbo after 9pm.
Tapi saya tidak boleh tidur. Ada sesi menarik sustainable games something di GLF Bonn Digital 2020 pukul 12 malam nanti. jadi saya memaksakan diri untuk tetap terjaga, dengan main game dan semisalnya.
Tiga puluh menit berlalu, akhirnya pertahanan itu runtuh juga. Saya ke dapur, mengambil dua butir risol dari freezer, dan menggorengnya dengan tanpa rasa bersalah.
Sambil menunggu minyaknya menetes dari tubuh risol, terbitlah tulisan ini.
Hope you guys get something from this today.
Thank you for staying.
***
Bogor, 4 Juni 2020
Besok Jumat.. ada Yayuk di Hari Jumat :')
First of..
Jangan gampang percaya pada postingan di media sosial. Itu semua hanya masalah framing. Sebagai seorang penggemar indomie pakai nasi yang kalau posting foto indomie hanya indomie nya saja, saya paham betul framing sudah menjadi bagian dari hidup kita selama bertahun-tahun sejak instagram muncul ke permukaan.
Kalau ditanya kenapa saya malas makan? Saya juga gak tahu, dari kecil memang sudah begitu. Tapi apa saya memang tidak suka makan? Jangan salah, kalau sedang craving saya bisa makan nasi rendang sebungkus habis tanpa sisa bahkan sebutir. Kenapa badan saya kurus terus? Saya memang pernah gemuk, dan sejujurnya sejak itulah saya kapok.
Sejak saya kapok punya badan gemuk, saya menjadi lebih concern terhadap makanan. Mulai pergi ke gym dan menghitung kalori sebagai bentuk diet yang saya anggap sehat. Apakah berhasil? Justru kebiasaan itu membawa saya ke rumah sakit. Karna selain stress mikirin jodoh saya juga jadi stress mikirin mau makan apa.
Lepas dari rumah sakit saya bertekad untuk berhenti memilih makanan. Makan apapun yang saya mau makan sambil tetap olahraga
Pernah suatu kali
Tapi perihal mau makan apa juga bukan hal yang gampang. Saya harus facetime adik saya, minta dia berpikir selama empat puluh lima menit dalam dua babak, scroll go-food, sampai akhirnya menyerah dan memutuskan untuk bikin juice. Di tengah-tengah bikin juice terdengarlah suara abang nasi goreng tek-tek. Buru-buru saya pakai mukena dan celana panjang, keluar rumah, keluar pagar, eh ternyata abang nasgornya cuma lewat depan portal gak masuk blok. damn portal.
Yasudah saya kembali ke rencana awal, minum juice bayam dan lemon campur daun mint. Setelah utak atik dapur selama dua jam, selesailah segelas juice itu yang saya kecap sambil merem-melek genit sebelum akhirnya menyerah dan menambahkan madu.
Selesai itu, tubuh saya masih memberi respon lapar. Saya masih lapar.
Saya pikir, yasudah nanti makan pake nugget, tapi cuci piring dulu karena perlengkapan juice itu kalau sudah selesai dibikin dicucinya bisa seminggu kemudian kalau ditunda.
Setelah lima belas menit mencuci alat, mencuci wastafel, cuci wajan, ternyata respon lapar tadi sudah hilang. Pergi bersama craving nugget yang sempat terbayang dengan lezatnya.
Sebagaimana buku Good Mood Food tulisannya Natalie Savonna dan Charlotte Watts, pada dasarnya kita semua ini butuh gula sebagai bahan bakar dasar untuk berkegiatan dan berpikir sehari-hari. Ada makanan yang cepat melepas gula, ada juga yang lambat. Gula (ya iyalah), nasi, sumber karbohidrat, adalah makanan yang cepat melepas gula. Sedangkan sayur dan buah termasuk yang lambat. Butuh waktu untuk otak menerima sinyal kenyang ketika kita hanya makan sayur dan buah. Sebelum sinyal itu sampai, kadang kita tergoda tuk
Keduanya sangat berkaitan karena,
Setelah saya otak saya berhasil menerima sinyal kenyang dari segelas jus bayam campur lemon dan daun mint tadi, respon selanjutnya adalah mengantuk. Ngantuk berat dan harus dibawa tidur. Mana tadi siang memang melelahkan, setelah tiga bulan tidak ke kantor akhirnya saya ke kantor juga walau hanya lima jam. Lanjut dengan sesi-sesi online yang kadang susah dipahami dan susah diikuti karna banyak distraksi (entah itu skype call yang begitu diangkat videoku nyala lah), atau grup chat yang tidak mau berhenti, atau sekedar
Tapi saya tidak boleh tidur. Ada sesi menarik sustainable games something di GLF Bonn Digital 2020 pukul 12 malam nanti. jadi saya memaksakan diri untuk tetap terjaga, dengan main game dan semisalnya.
Tiga puluh menit berlalu, akhirnya pertahanan itu runtuh juga. Saya ke dapur, mengambil dua butir risol dari freezer, dan menggorengnya dengan tanpa rasa bersalah.
Sambil menunggu minyaknya menetes dari tubuh risol, terbitlah tulisan ini.
Hope you guys get something from this today.
Thank you for staying.
***
Bogor, 4 Juni 2020
Besok Jumat.. ada Yayuk di Hari Jumat :')
Comments
Post a comment