Terbukti bahwa setelah dua hari lalu, warna langit Bogor kembali pucat seperti biasanya. Tidak sama dengan dua hari lalu, walau hari ini pun sebenarnya sempat cerah tanpa awan, tapi tidak sesegar langit Selasa pagi. Birunya sangat biru waktu itu. Aku suka.
***
Saya mulai menghitung hari, memperhatikan waktu dan sekitar sejak pandemi. Selain karena jadi ada lebih banyak waktu, juga saya pun sebetulnya menunggu. Awalnya saya menunggu kapan ini berakhir supaya bisa saya nikmati semaksimal mungkin karena saya sangat betah bisa kerja dari rumah setiap hari begini. Tapi belakangan saya mulai menunggu untuk kembali ke luar, 'hidup di jalan' kalau boleh saya katakan, dari bandara ke bandara, dari kota ke kota, dan menjadi orang 'berguna'.
Satu hal yang sangat berubah dari pikiran saya bersebab WFH adalah tentang pentingnya perempuan kerja di luar rumah. Sudah pernah saya tulis tentang ini juga sebelumnya, tanpa perlu memandang remeh perempuan yang tetap menjadi ibu rumah tangga dan bekerja di rumah. Karena saya tidak tahu akan dapat suami seperti apa, jika dapat laki-laki yang bisa menghargai perempuan walau jarang dandan dan kerjanya bikin kopi, masak, beberes, urus anak, nyuci, nyetrika, dan tidak memperlakukannya seperti pembantu,, ya syukur. Tapi kalau tidak.. ya........
Kerja di luar rumah itu penting untuk memberi 'udara segar', membuat diri merasa 'penting' tapi bukan untuk jumawa. Agar tetap bisa melihat dunia luar secara langsung, dan terinternalisasi dalam diri, yang kelak akan menurun pada anak-anak.
Awalnya saya berpikiran kalau nanti menikah saya akan menyerahkan semua karir, dan mengabdi sepenuhnya dengan tulus ikhlas lillahi ta'ala di rumah. Bertekad mulia, tuk jadi ibu rumah tangga. Saya pikir itu sederhana. Sekarang saya tahu, tidak semudah itu ternyata. Jadinya sekarang pikiran saya berubah, because I change mind like a wind, saya perjuangkan saja karir ini sekarang, sambil tetap berdoa untuk diberikan jalan yang terbaik. Tuhan saya lebih tahu mana yang terbaik untuk saya, dan Dia-lah yang akan membuka jalan nantinya.
***
Setiap orang yang melintas di hidup kita, datang dengan membawa pelajaran.
Every calamity that happened, taught us a lesson.
Pada akhirnya kita semua harus belajar, dan.. saya tahu ini sakit, tapi beginilah adanya;
- People never care. Jika mereka peduli, itu sifatnya hanya sementara. Setidaknya sampai datang masalah mereka sendiri, dan fokus mereka akan lebih banyak pada diri mereka.
- Kamu bukan pusat semesta. Tidak semua hal di dunia ini hanya tentangmu. Orang lain juga punya urusannya sendiri yang ingin dia urus. Jadi jangan pikir semua orang harus bersikap baik padamu, harus mengajari mu dengan cara yang kamu suka, dan lain-lain.
***
Bogor, 22 Mei 2020, 00.25
"Sesungguhnya hanya kepada-Nya lah kamu kembali", ternyata ayat yang sering diulang-ulang di beberapa surah ini, bukan hanya tentang meninggal.
Ketika kita sedang senang, bahagia, dan dikelilingi banyak orang sampai seolah-olah seisi dunia menjadi mungkin, pasti akan ada momen di mana yang kita butuhkan hanya Dia.
Dan itu bisa terjadi dari hal-hal kecil nan remeh temeh.
Makanya setiap kali terlalu senang, harus ingat pada-Nya, karena bisa jadi di menit berikut akan ada kesedihan yang sudah setia menunggu. Kita akan terus butuh Dia.
Malam ini kembali ngobrol dengan Nurenk yang selalu punya jawaban real atas segala persoalan remeh-temeh. Soalan yang sebetulnya sudah menjadi kelemahan saya sejak dulu, dan tidak bisa dipungkiri, patut sekali untuk ditertawakan.
***
Saya mulai menghitung hari, memperhatikan waktu dan sekitar sejak pandemi. Selain karena jadi ada lebih banyak waktu, juga saya pun sebetulnya menunggu. Awalnya saya menunggu kapan ini berakhir supaya bisa saya nikmati semaksimal mungkin karena saya sangat betah bisa kerja dari rumah setiap hari begini. Tapi belakangan saya mulai menunggu untuk kembali ke luar, 'hidup di jalan' kalau boleh saya katakan, dari bandara ke bandara, dari kota ke kota, dan menjadi orang 'berguna'.
Satu hal yang sangat berubah dari pikiran saya bersebab WFH adalah tentang pentingnya perempuan kerja di luar rumah. Sudah pernah saya tulis tentang ini juga sebelumnya, tanpa perlu memandang remeh perempuan yang tetap menjadi ibu rumah tangga dan bekerja di rumah. Karena saya tidak tahu akan dapat suami seperti apa, jika dapat laki-laki yang bisa menghargai perempuan walau jarang dandan dan kerjanya bikin kopi, masak, beberes, urus anak, nyuci, nyetrika, dan tidak memperlakukannya seperti pembantu,, ya syukur. Tapi kalau tidak.. ya........
Kerja di luar rumah itu penting untuk memberi 'udara segar', membuat diri merasa 'penting' tapi bukan untuk jumawa. Agar tetap bisa melihat dunia luar secara langsung, dan terinternalisasi dalam diri, yang kelak akan menurun pada anak-anak.
Awalnya saya berpikiran kalau nanti menikah saya akan menyerahkan semua karir, dan mengabdi sepenuhnya dengan tulus ikhlas lillahi ta'ala di rumah. Bertekad mulia, tuk jadi ibu rumah tangga. Saya pikir itu sederhana. Sekarang saya tahu, tidak semudah itu ternyata. Jadinya sekarang pikiran saya berubah, because I change mind like a wind, saya perjuangkan saja karir ini sekarang, sambil tetap berdoa untuk diberikan jalan yang terbaik. Tuhan saya lebih tahu mana yang terbaik untuk saya, dan Dia-lah yang akan membuka jalan nantinya.
***
Setiap orang yang melintas di hidup kita, datang dengan membawa pelajaran.
Every calamity that happened, taught us a lesson.
Pada akhirnya kita semua harus belajar, dan.. saya tahu ini sakit, tapi beginilah adanya;
- People never care. Jika mereka peduli, itu sifatnya hanya sementara. Setidaknya sampai datang masalah mereka sendiri, dan fokus mereka akan lebih banyak pada diri mereka.
- Kamu bukan pusat semesta. Tidak semua hal di dunia ini hanya tentangmu. Orang lain juga punya urusannya sendiri yang ingin dia urus. Jadi jangan pikir semua orang harus bersikap baik padamu, harus mengajari mu dengan cara yang kamu suka, dan lain-lain.
***
Bogor, 22 Mei 2020, 00.25
"Sesungguhnya hanya kepada-Nya lah kamu kembali", ternyata ayat yang sering diulang-ulang di beberapa surah ini, bukan hanya tentang meninggal.
Ketika kita sedang senang, bahagia, dan dikelilingi banyak orang sampai seolah-olah seisi dunia menjadi mungkin, pasti akan ada momen di mana yang kita butuhkan hanya Dia.
Dan itu bisa terjadi dari hal-hal kecil nan remeh temeh.
Makanya setiap kali terlalu senang, harus ingat pada-Nya, karena bisa jadi di menit berikut akan ada kesedihan yang sudah setia menunggu. Kita akan terus butuh Dia.
Malam ini kembali ngobrol dengan Nurenk yang selalu punya jawaban real atas segala persoalan remeh-temeh. Soalan yang sebetulnya sudah menjadi kelemahan saya sejak dulu, dan tidak bisa dipungkiri, patut sekali untuk ditertawakan.
Comments
Post a comment