Kabut asap menyambut begitu kami menyentuh landasan dengan guncangan hebat. Badan pesawat sempat oleng, membuat sebagian penumpang memekik tertahan. Tapi aku tidak. Karena aku sudah berlatih untuk selalu biasa saja. Ah.. biasa saja. Toh paling mati. Mati kan pasti. Begitu yang ada di pikiranku, sembari membisikkan kalimat oengingat kepada-Nya.
Ada rencana yang tidak sesuai dengan kenyataan,
Ada kendala yang tidak diperhitungkan,
Segalanya seolah tumpuk carut marut membuat saya bertanya sendiri.. ini ada apa?
Kenapa seolah-olah semuanya seperti menekan emosi saya seperti pressed juice yang sedang mengeluarkan sari dan membuang sepah?
Lalu kabut asap mulai menggerogoti fisik saya. Demam tertahan, kepala berat seperti dihantam godam, harus saya tutupi semua dibalik pipi memerah oleh blush on yang hampir habis.
Apa ini, ada apa?
Rupa-rupanya jika saya sigap membaca,
Ini adalah tanda perumpamaan. A parable for the thinkers.
This is what life looked like.
Rencana yang dibayangkan akan begitu indah, tersusun rapi dan begitu sempurna,
Bisa terpatahkan begitu saja oleh maskapai yang mogok terbang karena dispute.
Perjalanan panjang yang harus ditempuh dalam satu hari, menjadi dua hari hanya karena urusan injeksi mobil yang terganggu.
Rencana ini dan itu untuk dilakukan sesampai di lokasi, buyar total hanya karena perilaku sombong dari makhluk Tuhan yang paling entahlah.
Begitu.
***
Rimbo Bujang, Jumat 18 Okt 2019
Tapi aku suka merencanakan segala sesuatu
Comments
Post a comment