Bulan adalah alasan, kenapa saya mencintai malam. Selama lima ratus tahun menjelajah, Bulan tetaplah sama. Bengkok pada ujungnya, atau bulat sempurna pada masa nya. Cahayanya selalu lembut. Tidak lebih terik, tidak juga lebih redup. Dulu atau sekarang, jaman berubah begitu banyak. Tapi tidak pada Bulan.
***
Ada desir yang terasa setiap kali namamu kusebut, Alena. Aku tahu kau menunggu. Jauh disana. Meski aku tahu, kau tahu, bahwa aku tak akan pernah kembali. Bahkan jika pun aku ingin kembali, aku akan tetap membiarkan getar yang pernah bersemi di antara kita, menjadi tetap bersemi.
Karena itu yang membuat getar itu indah. Bersemi.
Jika kita teruskan, maka suatu saat dia akan layu, kemudian gugur. Kau terlalu jelita tuk kulupakan, Alena. Mencintaimu sungguh menyakitkan.
Aku terlalu terbiasa berjalan sendirian. Menunggu malam dalam sepi tanpa kawan. Aku lebih suka diam. Sehingga banyak orang salah menebak, disangkanya aku adalah seorang yang bijak.
Tidak.
Aku hanya merasa lebih baik diam saja. Tahu atau tidak tahu, diam akan membuatku terlihat seperti orang yang tahu. Pun jika ada cinta yang melintas cepat, diam mampu menyamarkan itu semua.
Aku terlalu terbiasa diam dalam sendirian. Kehadiranmu hanya akan membuat mu tersiksa, Alena. Karena aku mencintai keadaanku yang demikian. Aku takut kau bersedih, saat kita tua dan lemah nanti, karena aku tak lagi mampu bersembunyi. Bahwa aslinya aku tidak begini.
Hanya Bulan satu-satunya pengobat rinduku padamu, Alena. Sejauh apapun jarak membentang, Bulan itu adalah Bulan yang sama yang kau pandangi disana. Dan aku tahu seberapa besar kau mengagumi Bulan.
Aku mencintai Bulan, sebagaimana aku mencintaimu. Alena.
***
Pada satu titik aku berharap kau menyerah. Berhenti mencintai seseorang yang menolak tuk kau cintai. Sayangku, ketahuilah.. Itu menyakitkan. Kau jauh lebih pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku. Dari hanya sekedar Seorang Pengelana yang masih terlunta-lunta. Menjelajah lima ratus tahun lamanya, tapi belum juga separuh isi dunia.
Kau butuh kemapanan, dan aku tidak punya itu. Apa yang bisa seorang pengelana sepertiku beri untukmu selain kisah-kisah sampah tentang masa lalu? Jangan kau tunggu aku disana, Alena. Pandangi saja Sang Bulan. Dan siapapun yang berada di dekatmu, akan sama rasanya seperti dengan saat kau berada di pelukku.
Jangan salah paham. Aku pun menginginkanmu. Aku pun ingin melihatmu setiap pagi, menyapaku dengan lembut dan segenggam roti. Aku pun ingin berhenti berkelana, dan menetap di tempat yang kau sebut sebagai rumah. atau.. Meneruskan perjalanan, dengan seseorang yang bisa kusebut sebagai 'Rumah'.
Aku pun ingin ada untukmu. Ingin melindungimu dan berkata padamu bahwa semua kan baik-baik saja. Bahwa kau tak lagi perlu selalu menjadi kuat. Bahwa kau punya aku sekarang, yang akan mendukung serta melindungimu. Apapun yang terjadj.
Aku pun ingin..
Namun sulit untuk ku memilih.
Maka Demi Sang Bulan yang pijarnya melembutkan. Aku bersumpah jika hati ini kian tak tenang, dan tak ada penawar gelisah. Aku.. Akan kembali padamu. Menempuh jarak dan waktu yang kan kuhabiskan, setelah lima ratus mu berjalan dalam diam.
Mungkin..
Salam..
Comments
Post a comment