Adalah Sang Kuasa yang menciptakan Semesta. Setidaknya itu yang aku yakini enam bulan terakhir ini. Di Negeri yang berada di ambang batas realita dan mimpi, semua orang memuja Sang Kuasa yang tak tampak oleh mata.
Aku telah berhenti menulis surat untuk Alena, sejak surat bersampul biru itu tiba, enam bulan yang lalu.
Seperti seseorang yang kehilangan arah, aku mencari pelarian hingga ke negeri seberang. Beruntung aku bertemu dengan seorang pengemudi kapal yang baik hati. Dia bercerita segala hal yang pernah ia temukan sepanjang perjalanannya mengarungi lautan. Yang menarik dari cerita pengemudi itu ialah, di akhir cerita ia selalu mengaitkan sebab pada Sang Kuasa. Meski tak percaya, aku mengangguk-angguk saja. Bisa gawat jika dia tersinggung lalu meninggalkanku di tengah samudera.
Ada untungnya juga menjadi seorang pendengar yang terpaksa. Ibarat minum obat yang aku tolak karena pahit, obat ini terpaksa aku telan karena takut menyinggung perasaan. Meskipun rasanya tidak enak,. Tapi efek yang ditimbulkan adalah lega luar biasa.
Maka kali ini, entah sudah kesekian kalinya aku menemukan, kembali menemukan tujuan. Tujuan yang lebih dari sekedar menyambangi negeri-negeri baru. Tujuan yang lebih dari sekedar memenuhi ego serta ambisi. Tujuan yang sederhana, yang mendefinisikan, siapa sejatinya aku. Nyaris kutemukan tujuan ini pada Alena. Mengabdikan hidupku untuknya, membahagiakannya, menjaga dan melindunginya.
Aku ingin menceritakan padamu tentang tujuanku ini, tapi nanti saja jika ombak sudah tidak sedahsyat ini.
Adalah Sang Kuasa yang menciptakan malam, dan bulan yang temaram. Lembut memantulkan cahaya masa lalu. Menyaksikan langit malam begitu cerah, begitu indah, bintang berkerlip jenaka, yang kesemuanya sudah tua.
Bumi kian menua. Sinar lembut langit malam, berasal dari jaman yang sudah tua. Aku pun sedikit lagi menua. Maka kupastikan kali ini untuk menancapkan tiang. Menetap, untuk alasan yang lebih pantas kulafalkan. Jika cinta hadir setelahnya, akan kuanggap sebagai bonus atas kebaikan Sang Kuasa.
Ssst..
Nanti saja kusebutkan tujuan itu. Istirahat kini. Langit sudah kembali merundung.
Comments
Post a comment