Lucu.. Begitu pikirku saat melintas Negeri ini. Negeri dimana aku bertemu si Api. Seseorang yang amat antusias pada banyak hal, namun jatuh hati justru pada Bumi. Bukan Bumi yang sedang kujelajahi.. Tapi seseorang yang dia sebut dengan Bumi.
What do you like the most about Earth?
Begitu pertanyaan saya ketika dia selesai bercerita tentang jatuh hati nya yang pertama kali ini. Ya. Pertama kali. Api tidak pernah jatuh hati. Ia membiarkan hatinya terkungkung, meski raga nya berpindah kesana-kemari.
Api bersemu ketika pertanyaan itu saya lontarkan. Senyuman nya manis sekali. Saya mengenali senyum jenis itu, senyum yang muncul hanya jika seseorang benar-benar jatuh hati.
Negeri ini memang lucu, tapi sampai sekarang belum ada yang menandingi kelucuan Si Api yang tengah jatuh cinta.
Dia melupakan segalanya. Dia mengabaikan segalanya. Dia membakar semua yang dilewatinya, meski Bumi diam tak bergeming. Terang saja dia diam, Bumi adalah sang bijak yang tidak akan terpengaruh oleh hal-hal kecil sepercik. Namun Api tidak pernah menyerah, hingga akhirnya ia lelah. Meski tidak padam, dia memutuskan tuk berubah. Menjadi Api lembut yang hangat.
Sebagai Seorang Pengelana, terus terang saya belum pernah merasakan cinta sedahsyat itu. Cinta yang sanggup mendinginkan Api yang begitu membara. Cinta yang sanggup menentramkan Api yang begitu panas. Saya selalu bertemu dengan satu-dua wajah yang menarik perhatian. Dan cerita-cerita saya tentang dunia, amat diminati oleh gadis-gadis itu. Mudah bagi saya untuk membuat mereka terpikat, karena ternyata (saya juga baru sadar beberapa tahun belakangan), ternyata gadis tidak butuh kemapanan tuk bisa jatuh cinta. Mereka hanya ingin cerita, tuntunan, dan perlindungan.
Ehem. Saya memiliki semua itu. Tentu saja. Lima ratus tahun berkenala menjelajahi nyaris separuh Bumi,. Apa yang saya dapat kalau bukan cerita?
Jadi ketika saya mendengar seluruh cerita Si Api, saya terkesima sekaligus iri. Di usia yang begitu belia, Api telah mampu mengenal rasa cinta dan tak menuntut balas. Ia menyerahkan sepenuhnya pada apa yang dia sebut Sang-Kuasa. Tentu Api meyakini ada Sang-Kuasa yang mengatur seisi semesta.
Saya? Saya masih dalam pencarian, seperti apa Sang-Kuasa itu.
***
Rasanya saya ingin berlama-lama berada di negeri ini. Ini negeri yang lucu. Teramat lucu. Saya ingin menyaksikan lebih jauh Negeri Yang Langitnya Berdekatan. Saya ingin mendengar kisah-kisah si Api lebih banyak lagi. Agar saya ceritakan kepada kalian, tentang apa yang saya temui.
Dulu.. Dulu sekali, saya pernah bertemu dengan seseorang yang juga tengah jatuh cinta. Namun cinta hasrat yang ia punya, membuat saya kurang selera. Segala runtutan ceritanya hanyalah tentang sentuhan. Saya bosan, dan cepat-cepat pergi dari meja bar tempat kami berkenalan.
Sejak itu saya malas bercerita dengan seorang asing yang tengah kasmaran. Apalah.. Paling juga sama saja. Otak manusia, selalu butuh hiburan dan kesenangan.
Namun Si Api.. Dia bercerita tentang Bumi.. Dengan mata berbinar dan senyum merekah, pipi bersemu merah sesekali menundukkan wajah ke bawah. Lalu disetiap ceritanya ia selipkan doa-doa. Agar Si Bumi selalu sehat tanpa cela. Sejahtera tanpa sengsara. Bahagia.. Tanpa pernah bersendu lara.
Saya jadi teringat pada seorang gadis, yang bulu matanya menyembul dibalik cadar. Yang selalu mengintip dibalik jeruji jendela setiap kali ku melintas di depan pagar. Adakah jika gadis itu jatuh cinta pada seorang pengelana seperti saya.. Ia bercerita pada sahabatnya dengan binar yang sama?
Kata Api.. Bumi adalah seseorang yang paling tepat baginya. Belum pernah ia bertemu dengan sepasang bola mata dan seulas senyum yang begitu mengganggu pikiran.
Gadis itu..
Adakah dia itu kamu? Yang tengah membaca tulisan ini tanpa jemu?
Jika ya..
Akannkah dia mencitai tulisan-tulisan yang saya buat untuknya, sebagaimana Api mencintai laku Bumi padanya?
Karena sejauh perjalanan yang telah saya tempuh,. Belum pernah saya bertemu dengan cinta yang sedemikian hebat.. Sehingga mau membaca semua yang ada di dalam pikiran saya.
***
Negeri ini lucu. Langitnya berada dalam dekat sekali. Meskipun tetap seimbang. Karena manusia mencintai keseimbangan.
Cinta itu lucu. Sanggup melembutkan Api yang begitu kuat dan bergairah. Dalam konteks kebaikan.
Aku ingin tahu lebih jauh. Sudilah kiranya kalian tetap disana. Menunggu untuk membaca. Karena itu yang saya butuhkan sekarang. Teman berbicara.
Comments
Post a comment