Saya selalu dibuat terkagum dengan cara Semesta bekerja. Keajaiban-keajaiban kecil yang saya jumpai sehari-hari, membuat saya selalu yakin bahwa tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Mungkin bagi para penganut Tak-bertuhan akan menganggap probability sebagai kunci, namun probability pun tidak akan bisa menjelaskan, mengapa peluang-peluang itu muncul dan saling cross path satu sama lain. Semesta tidak se-gamble itu bermain peran.
***
Sejak menulis post yg berjudul Growing Pain, jauh di dalam hati sebenarnya saya semakin merasa gelisah. Tapi karena saya tidak tahu apa sebabnya, maka gelisah itu saya buang jauh-jauh. Saya netralisir dengan berbagai cara, termasuk kembali pada Yang Maha Kuasa melalui cara-cara yang Dia suka.
Satu pertanyaan yang membuat saya tidak tenang adalah 'untuk apa semua ini?' Yang dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan serupa; untuk siapa, akan kemana, dan seterusnya.
Mungkin karena pengaruh usia yang masih (belia) middle twenties inilah saya seperti sedang sakit-tumbuh gigi.
***
Saya tidak ingin kehilangan diri saya sendiri di tengah-tengah kesibukan yang kian menggila. Apalagi sampai mengorbankan waktu yang mestinya dihabiskan untuk bahagia. Ada porsi-porsi tertentu yang harus saya penuhi sebagai perempuan bekerja, yang juga masih berstatus anak dari seorang ayah. Namun porsi-porsi itu kadang dikorupsi oleh perasaan tanggung jawab berlebihan, yang baru saya sadari belakangan ini, ternyata itu hanyalah realisasi dari inkompetensi saya dalam me-manage pekerjaan.
Semesta kemudian mempertemukan saya dengan jadwal yang sudah diatur sejak lama. Rapat kantor tahunan, yang kali ini dibawakan dengan nuansa berbeda. Ada coach kenamaan yang akan mengajarkan mengenai strategi management. Yang, tanpa saya duga (karena saya malas baca rundown), terselip juga acara muhasabah.
Whoa.. Memang perusahaan kami perusahaan kecil, dan kebetulan orangnya muslim semua. Jadi mudah menyatukan bahasa ketika si pelatih susah mulai membahas ayat-ayat Al-Quran.
Coach ini mengajarkan tentang makna. Dalam muhasabah juga disinggung tentang makna. Berderai air mata sejak pertama lampu dimatikan dan Nama Tuhan diperdengarkan. Sejak kita dimintai ampun tentang dosa-dosa masa lalu. Saya menangis terisak meskipun sudah tahu dan sudah punya ekspektasi tentang bagaimana jalannya muhasabah.
Bukan kebetulan hari ini saya duduk mendengarkan mereka secara bergantian lalu menangis oleh pertanyaan yang sama.
Saya selalu bisa dibuat takjub jika menyadari betapa besar pengaruh minimalism terhadap karakter saya selama enam bulan terakhir.
***
Lalu ada sebuah perpisahan. Ada juga permulaan yang baru. Semua tidak lagi sama, sebagaimana roda yang terus berputar, berubah.
Namun apapun itu, every change is for the better. Things always get better. Always. (Cika)
Comments
Post a comment