Kenapa orang tidak bahagia?
Karena ia khawatir.
Khawatir besok tidak akan mendapat kebahagiaan. Khawatir besok tidak ada uang untuk beli makan. Khawatir besok dia akan ditinggalkan.
Nyaris di semua kepercayaan yang meyakini adanya Tuhan, mengajarkan tentang iman. Dalam Islam, iman artinya percaya. Percaya pada enam hal, yang salah satunya adalah takdir baik dan takdir buruk.
Sejatinya seseorang jika sudah percaya akan semua yang telah digariskan sebagai jalan terbaik untuknya, maka ia tidak perlu lagi mengkhawatirkan apapun. Tugasnya hanyalah menikmati detik menit yang ada, karena mereka tidak akan pernah berputar kembali. Arus waktu maju terus, tidak akan mundur walau sedetik.
Kekhawatiran, kecemasan dan rasa memiliki yang berlebihan hanya akan menghabiskan ruang damai di dalam pikiran seseorang. Seperti halnya lemari besar yang ditaruh ditengah-tengah ruangan sempit. Lemari itu memiliki banyak ruang, dan disetiap ruangnya ditumpuki barang-barang.
Isi kepala yang penuh, akan selalu ketakutan menjalani hidup. Tidak akan bisa melihat sisi baik dari indahnya sebuah hari mendung. Jika dari sekarang kita membiasakan diri untuk mengosongkan isi lemari itu, atau bahkan menyingkirkan lemari itu dari tengah ruangan sepenuhnya, bayangkan masa depan seperti apa yang akan kita punya.
"Tidak penting jadi orang kaya, yang penting jadi orang cool!" Pesan pasangan Ringgo Agus dan Sabai Dieter pada anaknya yang masih balita. Asal bisa menikmati matahari terbenam, artinya anaknya telah menjalani hidup yang ia suka. Jika semua generasi penerus kita ajarkan untuk hidup seperti itu, dan menjadikan tenang sebagai tujuan utama, saya amat yakin, hari akhir telah semakin dekat.
Tidak apa, kita memang sudah menuju penghujung waktu semenjak Nabi Muhammad dilahirkan, kenapa takut, toh memang kesana semua akan berujung. Perubahan iklim hanya salah satu gejala, dan jangan pikir konferensi-konferensi bergengsi yang dihadiri ratusan pemikir cerdas seluruh dunia dapat mencegahnya. Tidak.
***
Apapun yang sedang kita kerjakan saat ini, yakin dan percayalah bahwa di ujung sana ada cahaya. Meskipun sepertinya tidak ada jua tanda-tanda dan kita telah menempuh perjalanan amat lama, keyakinan akan adanya akhir bahagia menjadi satu-satunya pegangan agar tetap tenang.
Tenang.
Yakin dan percaya. Itu saja kuncinya.
Sementara itu,..
Ayo kita nikmati waktu.
Menari dibawah sinar bulan yang sayu,
Penghujung tahun hanya tinggal mengitung mundur, dan kita semua tahu berbagai perayaan serta doa-doa akan ramai memenuhi ruang yang seolah baru.
Jangan lupa menengok ke samping, mungkin ada gadis kecil atau bocah lucu yang menginginkan untuk bersapa denganmu. Atau ke atas, ketika bintang sedang centil menggoda kerlipmu.
Siapkan sebentar secangkir kopi, atau sepotong kue coklat, simpan dulu program pembatasan menu makanan mu, karena kita tidak pernah tahu siapa yang menginginkan porsi yang kita tolak itu.
Comments
Post a comment